13.9 C
New York
Friday, April 12, 2024

Alasan Gempa Tidak Bisa Diprediksi

Jakarta, MISTAR.ID

Di Indonesia, gempa bumi sering terjadi. Namun, sejauh ini para pakar mengakui bahwa mereka belum mampu memprediksi kedatangan gempa karena adanya hambatan geografis dan keterbatasan teknologi.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sendiri sempat terkejut dengan gempa yang terjadi di Bawean, Jawa Timur pada Jumat (22/3/24) lalu.

“Jadi, jika kita melihat apa yang terjadi di Bawean, kami juga terkejut karena ini adalah peristiwa luar biasa. Di mana, sesar tersebut belum terpetakan secara kredibel,” ujar Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono belum lama ini.

Lebih lanjut, belum ada teknologi yang mampu memprediksi gempa.

“Jika kita melihat konsep kegempaan yang saat ini memang kita belum bisa memprediksi gempa. Bahkan ilmu, pengetahuan, dan teknologi seismologi saat ini juga belum mendukung untuk prediksi gempa,” ucap Daryono.

Baca juga: Ditemukan Sumber Air Panas di Bawean Pasca Gempa

Mekanisme Gempa

Gempa bumi terjadi ketika ada pergeseran atau retakan pada kerak bumi. Semakin besar pergeserannya di area yang lebih luas, semakin besar pula gempa yang terjadi.

Tidak seluruh patahan bergeser pada saat yang sama. Sebaliknya, gempa bumi dimulai dari satu titik, yaitu lokasi pada patahan yang menerima tekanan lebih besar daripada kekuatannya.

Gempa bumi kecil terjadi secara terus-menerus, bahkan lebih dari 20 ribu gempa bumi dengan Magnitudo di atas 4 tercatat di seluruh dunia setiap tahunnya.

Judith Hubbard, seorang peneliti ilmu gempa dan kebumian dari Cornell University, menyatakan bahwa gempa bumi besar dimulai seperti gempa bumi kecil, namun dengan kekuatan yang terus bertambah dan dilepaskan secara bersamaan.

“Setiap peningkatan Magnitudo dikaitkan dengan pecahnya patahan sekitar lima kali lebih lama,” ujar Judith dalam sebuah jurnal, Senin (25/3/24).

Baca juga: Ditemukan Sumber Air Panas di Bawean Pasca Gempa

Ia menjelaskan bahwa gempa dengan Magnitudo 5 disebabkan oleh pergeseran pada patahan sepanjang 2 kilometer; gempa dengan Magnitudo 6 disebabkan oleh patahan sepanjang 10 kilometer;

Gempa dengan Magnitudo 7 sepanjang 50 kilometer; gempa dengan Magnitudo 8 sepanjang 250 kilometer, dan gempa dengan Magnitudo 9 terjadi pada patahan sepanjang 1.250 kilometer.

Hubbard menyatakan bahwa kerusakan akibat gempa menyebar dengan kecepatan beberapa kilometer per detik. Akibatnya, gempa dengan Magnitudo 8 mungkin terjadi dalam waktu satu atau dua menit.

Ketika gempa bumi semakin panjang, total pergeserannya juga bertambah. Salah satu sisi patahan bergeser relatif terhadap sisi lainnya, mengubah tekanan di kerak bumi di sekitarnya, dan menimbulkan tekanan pada patahan di sekitarnya. (cnn/hm20)

Related Articles

Latest Articles