21 C
New York
Monday, September 9, 2024

Pola Asuh dan Media Sosial Berpengaruh Terhadap Perilaku Bullying Anak

Medan, MISTAR.ID

Perundungan atau yang lebih dikenal dengan bullying terus menjadi perhatian serius. Tak hanya di kalangan orang dewasa, bullying juga terjadi di kalangan anak-anak sekolah dasar. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan orang tua, pendidik, dan masyarakat luas.

Seorang Psikolog Anak dan Remaja, Katherina, mengatakan bahwa faktor anak melakukan perilaku bullying dapat berasal dari faktor dalam dirinya sendiri dan juga faktor dari luar.

“Misalnya kepribadian anak yang memang agresif, pola asuh orang tua, ataupun peran dari teman sebaya. Namun banyak penelitian yang mengatakan bahwa memang faktor utama yang merupakan pemicu anak dalam melakukan perilaku bullying adalah faktor keluarga,” katanya kepada Mistar.id, Rabu (4/9/24).

Baca juga: Beberapa Motif Pelaku Perundungan Menurut Psikolog

Alumni Profesi Psikolog Klinis Anak, Universitas Sumatera Utara ini mengatakan banyak penelitian menunjukkan bahwa perilaku bullying ini berhubungan erat dengan pola asuh orang tua yang tidak tepat, seperti penggunaan hukuman fisik, kurangnya waktu yang dihabiskan bersama anak, serta konflik dalam keluarga dapat berkontribusi besar terhadap perilaku negatif ini.

Tak hanya itu, Founder Pedia Clinic Cemara Asri Medan ini juga menjelaskan bahwa penggunaan media sosial pada anak masa kini pun memiliki pengaruh sangat besar. Bisa dikatakan bahwa penggunaan media sosial nampaknya sudah menjadi bagian kehidupan anak, terutama remaja.

Anak belajar dengan meniru. Memang tidak semua konten di media sosial buruk, ada juga yang mengedukasi. Namun realitanya, lebih banyak anak mengakses konten yang tidak mengedukasi, dibarengi dengan perilaku bullying.

“Misalnya tema kontennya ‘berbuat baik kepada teman’, memang ada konten berbuat baik, namun biasanya ada peran antagonisnya misalnya anak yang sedang mengejek atau memukul teman lain, dan sebagainya. Dan perilaku antagonisnya ini terekspos dengan jelas dan detail pula. Sehingga anak bukannya belajar berbuat baik, tapi lebih terpapar dengan perilaku bully tersebut,” jelasnya.

Baca juga: Viral! Aksi Diduga Perundungan Siswa SMA Terhadap Pelajar SMP

Bullying, lanjutnya, seringkali melibatkan ketidak-seimbangan kekuatan antara pelaku dan korban. Anak-anak yang menjadi korban biasanya lebih lemah atau lebih kecil secara fisik, serta menunjukkan perilaku yang kurang percaya diri, seperti sering menunduk dan terlihat kaku.

Sebaliknya, pelaku bullying cenderung lebih besar dan kuat secara fisik, atau memiliki status sosial yang lebih tinggi. Faktor-faktor ini, termasuk perbedaan fisik dan status sosial, dapat membuat anak-anak tertentu lebih rentan menjadi pelaku atau korban bullying.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk mengawasi penggunaan media sosial oleh anak-anak dan memberikan edukasi tentang penggunaan yang bijak. Dengan demikian, anak-anak dapat belajar untuk berperilaku positif dan menghindari perilaku bullying.

Dengan pendekatan yang tepat, diharapkan perilaku bullying dapat diminimalisir dan anak-anak dapat tumbuh dalam lingkungan yang aman dan positif. (susan/hm25)

Related Articles

Latest Articles