17 C
New York
Wednesday, May 15, 2024

Restoran Nasi Padang Terkenal di Singapura, Begini Cara Pendiri Restoran Hjh Maimunah Kembangkan Usaha

Pelajaran bisnis pertamanya datang ketika dia harus memutuskan lokasi restoran. Mahiran ingin bermain aman dan membuka usaha di kawasan ramai di Kampong Glam, tetapi ibunya menyarankannya agar mengambil risiko.

“Ketika ibu saya bilang untuk mencoba salah satu lorong di sepanjang North Bridge Road, saya skeptis,” katanya.

Lokasi ramai ketika itu ada di Arab Street, Haji Lane, atau Bussorah Street yang lebih dekat dengan Masjid Sultan dan banyak orang akan melintas di sana.

Mahiran ingat bahwa pada tahun 80-an dan 90-an, lorong-lorong di sepanjang North Bridge Road kebanyakan kosong hanya dengan beberapa toko kecil. Orang-orang akan melewatkannya dan pergi ke Arab Street. Tetapi ibunya lebih optimis.

“Saya ingat dia bilang bahwa karena tempat dan negara akan berkembang, orang akan akhirnya mengunjungi lorong-lorong itu juga,” ucap Mahiran.

Walaupun meragukannya, Mahiran tetap percaya dan mengikuti saran ibunya.

“Saya mengikuti nasihatnya dan memilih Jalan Pisang sebagai lokasi restoran saya.”

Tahun Kerja Keras

Tahun-tahun awal itu menegangkan namun menantang. Tanpa internet seperti sekarang, sulit untuk mencari hal-hal yang dapat membantu restoran, seperti pemasok makanan atau dukungan logistik di Singapura.

Baca Juga: Jelajah Kuliner Siantar, Kedai Kopi Abangku Fasilitasi Puluhan Usaha Kuliner

“Tetapi suami dan saya bekerja keras, kadang-kadang hanya pulang ke rumah setelah pukul 3 pagi,” tambahnya.

Prediksi ibunya ternyata benar. Saat ini, Jalan Pisang dan lorong-lorong lain di sepanjang North Bridge Road, seperti Jalan Kledek dan Jalan Klapa, dipenuhi dengan restoran, kafe, toko pakaian dan toko roti, menarik perhatian penduduk lokal maupun wisatawan.

Pada tahun 1996, tahun yang sama ketika anak bungsunya, Maryam lahir, ibu Mahiran meninggal dunia.

“Saya sangat merasa kehilangan. Meskipun saya telah memulai bisnis dan memiliki suami serta 10 staf yang mendukung saya, ibu saya tetap menjadi sumber kekuatan saya. Saya masih merindukannya setiap hari,” kenangnya.

Tanpa sang ibu di sekitarnya, Mahiran harus mengambil keputusan sulit sendirian. Memasuki tahun 2000-an, dia memiliki target yang lebih jelas – keluarga rata-rata di Singapura yang menyukai makanan. Dia juga ingin mengembangkan bisnisnya sebanyak mungkin.

Percaya Usaha Keluarga

Pada tahun 2006, 14 tahun setelah Jalan Pisang, dia membuka outlet lain yang lebih besar di sebuah toko di Joo Chiat.

“Joo Chiat dekat dengan tempat saya dibesarkan. Kawasan itu juga memiliki warisan budaya penting bagi masyarakat Melayu – saya tahu itu harus menjadi lokasi berikutnya, apa pun harganya,” katanya.

Mahiran meyakini, jika saja ibunya masih hidup, dia akan menyetujui pilihan itu. “Meskipun dia tidak pernah melihatnya, saya senang bahwa warisan bisnis lokalnya tetap hidup di Restoran Hajjah Maimunah ini,” imbuhnya.

Baca Juga: Kuliner Murah Meriah di Medan, Mie Balap yang Sering Dicari Penggemar, Cek Lokasinya

“Saya percaya pada usaha keluarga. Restoran ini tidak akan ada jika bukan karena ibu saya, dan suami saya sangat membantu dalam mewujudkannya,” sambung Mahiran.

Dia juga ingin sifat-sifat yang sama seperti yang telah dicontohkan ibunya kepada anak-anaknya, semangat mandiri dan ketangguhan. Cara untuk melakukan itu adalah dengan membuat anak-anaknya akrab dengan bisnis tersebut.

“Semua anak saya memiliki pengalaman bekerja di restoran. Sejak tahun 90-an, ketika anak-anak saya masih kecil dan bersekolah dasar, saya meminta mereka untuk membantu tugas-tugas sederhana, seperti menghitung pendapatan kami untuk hari itu atau mengikuti saya bertemu pemasok,” beber Mahiran.

Related Articles

Latest Articles