6.9 C
New York
Saturday, April 27, 2024

Menumbuhkan UMKM Kuliner dan Pertanian di Sumut, Kolaborasi Berbagai Pihak Perlu

Medan, MISTAR.ID

Guna mendukung pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di sektor kuliner dan pertanian di Sumatera Utara (Sumut) diperlukan kolaborasi berbagai pihak. Seperti dukungan dari perbankan, akademi hingga media.

Salah satu yang memberikan perhatian untuk sektor ini adalah Bank Sumut. Untuk dua sektor itu Bank Sumut mengklaim telah melakukan pembiayaan. Hal ini diungkapkan Direktur Bisnis dan Syariah Bank Sumut Syafrizalsyah.

“Untuk usaha kuliner dan pertanian itu, Bank Sumut siap selalu bersinergi. Khususnya pertanian,” kata Syafrizalsyah dalam diskusi “Bank Sumut Dukung Sektor Kuliner dan Pertanian” yang dimoderatori Pengamat Ekonomi Sumut dan Dosen UISU, Gunawan Benjamin dan dihadiri mahasiswa dan media di Hotel Ibis Style Medan, Jalan Pattimura, Selasa (19/3/2024) malam.

Baca juga: Berburu Kuliner UMKM di Pasar Ramadhan Kota Medan

Sejauh ini dukungan terhadap dua sektor itu sudah dilakukan Bank Sumut dengan melakukan pembiayaan.

“Untuk usaha kuliner dan pertanian itu, Bank Sumut siap selalu bersinergi. Khususnya pertanian,” kata Direktur Bisnis dan Syariah Bank Sumut Syafrizalsyah.

Menurut Syafrizalsyah, dari data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga 2022, total kebutuhan UMKM pertanian, kehutanan dan perikanan di Sumut berkisar Rp6,9 triliun. Sementara hingga Februari 2024 Bank Sumut sudah merangkul 24.130 debitur dengan total Rp 2,9 triliun pembiayaan.

“Posisi tertinggi sektor rumah tangga dan perdagangan. Pertanian berada di tempat ketiga dari kontribusi sebesar Rp 2,9 triliun. Dapat dikatakan per posisi di tahun 2024, kontribusi pertanian, kehutanan dan perikanan, terhadap Sumut sekitar 20-30 persen untuk sektor pertanian. Bank Sumut siap berkolaborasi dengan UMKM di sektor ini,” kata Syafrizalsyah.

Baca juga:Dorong Kemajuan UMKM, Pj Gubernur Sumut dan PT Goto Gojek Tokopedia Jalin Kerjasama

Tak terkecuali industri kuliner yang menyerap tenaga kerja hingga 19 ribuan orang di Sumut. “Di sektor ini kontribusi kita Rp110 miliar yang sudah kita salurkan,” ungkapnya.

Menurut Syafrizalsyah dua sektor ini punya tantangan tersendiri, terutama di era digital ini. Namun harus mampu beradaptasi dengan kondisi saat ini.

“Usaha mikro kecil perubahan perilaku yang paling berdampak. Ada yang tidak bertahan kalau dia tidak melakukan perubahan perilaku. Salah satunya membeli melalui digital,” tambahnya.

Selain itu menurutnya jalur distribusi penjualan yang belum dikembangkan. Tentunya berujung ke kemampuan modal.

“Packaging daripada UMKM kita yang ada khususnya di Kota Medan perlu ditingkatkan. Kita pernah bekerja sama dengan Pemko Medan melalui perda-nya agar ritel mengikutsertakan usaha lokal. Kemarin sukses untuk satu kali putaran. Permasalahannya kembali ke biaya produksi. UMKM kita tidak mampu menyediakan stok. Kita sempat berkolaborasi dukungan dalam pembiayaan untuk itu,” jelasnya.

Diakuinya kontribusi secara umum Bank Sumut terhadap UMKM Sumut sekitar 11,77 persen dan harus ditingkatkan.

“Ini jadi PR utama. Untuk itu perlu dukungan dari akademis dan media mendukung melalui informasi agar kontribusi terhadap pelaku usaha yang saat ini baru berkisar 67.4 ribu debitur dari Rp1,7 juta pelaku UMKM atau Rp8,7 triliun,” ungkapnya.

Sementara itu pengamat Ekonomi Sumut, dan Dosen USU, Wahyu Ario Utomo mengapresiasi Bank Sumut yang sudah berupaya menginisiasi mendukung program petani milenial. Hal ini penting untuk mewujudkan ketahanan pangan.

Baca juga: Disahkan, Perda Diharapkan Jadi Payung Hukum Melindungi UMKM di Kota Medan

“Petani kita sudah pada tua. Kita khawatir, kita punya ancaman ketahanan pangan yang terjadi lebih parah. Cobaan Elnino aja saat ini kita sudah kelabakan. Karena suplai pangan kita kurang. Penduduk makin bertambah sementara produsen makin berkurang. Orang gak tertarik tanam pangan, tertariknya sawit,” kata Wahyu.

Dukungan yang dilakukan salah satunya dari sisi pembiayaan. Dengan perkembangan teknologi, para petani milenial bisa melakukan pengembangannya sendiri.

“Mungkin yang muda karena pendidikannya tinggi, adaptif teknologi, kita berharap baik perbankan, kampus dan juga lembaga lainnya, pemerintah khususnya bisa menyiapkan program yang mendukung milenial mau jadi petani. Di Jawa banyak muncul kelompok petani milenial. Di Sumut, hampir tidak melihat kelompok milenial yang mengembangkan pertanian, padahal potensinya ada. Jadi kita harapkan bagaimana si milenial bagaimana bisa mengembangkan pertanian di sektor teknologi dan didukung pembiayaan,” pungkasnya. (anita/hm17)

Related Articles

Latest Articles