13.9 C
New York
Friday, April 12, 2024

Mengenal Tradisi Malam Tujuh Likur, Warisan Budaya Melayu

Tanjung Pinang, MISTAR.ID

Ada tradisi memikat terbentang selama pekan terakhir Bulan Ramadhan di jantung Kepulauan Riau, yakni Malam Tujuh Likur.

Tradisi yang dijunjung tinggi itu berakar kuat dalam warisan Melayu, merubah malam biasa menjadi pemandangan memukau dari cahaya yang berpendar dan doa yang khusyuk.

Permadani sinar yang berkilauan ketika matahari terbenam, rumah-rumah di seluruh penjuru kepulauan menjadi hidup dengan cahaya hangat dari lampu minyak tradisional yang disebut ‘pelita’.

Baca juga:Ahli Waris Setujui Istana Niat Lima Laras Jadi Cagar Budaya

Gambarkan deretan nyala api kecil ini berderet di sepanjang jalan dan menghiasi pintu rumah, membuat permadani gemerlap yang memikat, memandikan komunitas dalam cahaya keemasan yang lembut.

Volume pelita terus bertambah setiap malam sampai mencapai puncaknya pada malam ketujuh, inti dari tradisi dimaksud.

Malam Tujuh Likur bukan cuma perihal keindahan visual. Itu menunjukkan peningkatan rasa refleksi spiritual selama pekan terakhir Ramadhan, waktu yang dipercaya penuh berkah. Keluarga berkumpul untuk sholat dan berbagi santapan tradisional, menumbuhkan rasa kebersamaan dan kekomunitasan.

Gaung dari sejarah asal usul pasti Malam Tujuh Likur masih terselubung kabut waktu. Sejumlah orang yakin itu bersumber dari kebutuhan akan penerangan tambahan selama malam-malam yang lebih panjang menjelang Idul Fitri.

Baca juga:Sambut Bulan Suci Ramadhan, Begini Tradisi Warga Muslim di Dairi

Yang lain memandang merupakan cara simbolis untuk menyinari jalan terhadap doa dan berkah agar sampai ke langit. Terlepas dari asalnya, kebiasaan itu sudah menjadi bagian integral dari budaya Melayu, diturunkan dari generasi ke generasi.

Malam Tujuh Likur melewati batas agama, menumbuhkan semangat persatuan dan perayaan bersama. Di sejumlah daerah, jalan-jalan dihiasi gapura dekoratif dan anak-anak gembira bermain permainan tradisional serta kembang api.

Keadaan penuh dengan kegembiraan, antisipasi dan kerinduan yang tulus bakal berkah Idul Fitri. Apabila berada di Kepulauan Riau selama Ramadhan, menyaksikan Malam Tujuh Likur secara langsung adalah pengalaman yang tak terlupakan.

Nikmati sinar hangat pelita, rasakan energi dinamis dari komunitas, dan benamkan diri dalam permadani tradisi Melayu yang kaya. Itu merupakan bukti kekuatan cahaya, iman maupun semangat komunitas yang tidak kunjung surut. (lpr/hm16)

Related Articles

Latest Articles