Dia mengaku, sangat merasakan perbedaan antusias pembeli yang meningkat pada tahun 2024, berbeda dengan ramadhan di masa Covid-19, dua tahun belakangan.
“Ada peningkatan, berbeda dengan waktu Covid-19 dulu. Tahun ini, mulai pagi hari saya sudah dikerumuni pembeli, baik kaum ibu pun remaja masjid yang menjual kembali kolang-kaling,” kata Michael, Sabtu (23/3/24).
Amatan Mistar.id di beberapa lokasi penjual takjil, ratusan pembeli tumpah-ruah untuk berburu takjil sesuai selera, baik manisan, makanan ringan, pun lauk-pauk yang dijajakan para pedagang.
Pun demikian, agar makanan dan minuman yang dikonsumsi masyarakat tetap sehat, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Simalungun Edwin Simanjuntak saat diwawancarai pada Rabu (20/3/24) lalu, meminta para pedagang takjil untuk lebih mengedepankan kesehatan serta menjaga kebersihan agar dagangan tetap higienis.
“Para pedagang (takjil) untuk lebih mengutamakan mutu dan kualitas makanan dan minuman yang dijual, supaya saat dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping yang berubah menjadi penyakit,” ujarnya.
Baca juga:Â Dinkes Simalungun Imbau Pedagang Takjil: Pewarna Jangan Berlebihan
Dalam menggunakan pengawet serta pewarna makanan saat mengolah dagangan, Edwin menyarankan pedagang untuk tidak berlebihan. Dia bilang, tindakan itu dapat merugikan masyarakat yang mengkonsumsinya.
“Penjual takjil jangan menggunakan bahan pewarna dan pengawet yang berlebihan saat pembuatan barang dagangan, agar makanan dan minuman yang dikonsumsi masyarakat tetap sehat dan tidak membahayakan,” katanya.
Kepada masyarakat, Edwin bilang, untuk teliti dalam membeli takjil. Dia menyarankan warga agar memilih makanan dan minuman yang minim terkontaminasi dari debu.
Ia juga mengajak masyarakat yang sedang menjalankan ibadah puasa untuk selalu menjaga pola makan supaya tubuh tetap bugar dan sehat saat beraktivitas. “Selain makanan, istirahat yang cukup juga sangat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan tubuh,” katanya.
