8 C
New York
Saturday, April 27, 2024

Tape Keliling Siantar, Beda Bungkus Beda Rasa

Siantar | MISTAR.ID – Siapa yang tak kenal tape? Makanan tradisionil warisan pendahulu kuliner kita ini, sampai sekarang menjadi makanan populer, tidak hanya di bursa jajanan keliling, tapi sudah memasuki pasar bergengsi di sejumlah pasar kuliner berkelas.

Tapi ada berapa penggemar tape yang tahu bagaimana menentukan cita rasanya? Tape adalah makanan khas yang dihasilkan dari proses peragian (fermentasi) bahan pangan berkarbohidrat.

Dari bincang-bincang Mistar dengan ahli pembuat sekaligus pedagang tape, membuka sedikit rahasia bagaimana mengatur cita rasa tape menjadi nikmat di lidah.

Tanpa disadari, kita akan dihadapkan pada dua pilihan, yaitu ada tape yang dibungkus dengan plastik, dan ada tape yang dibungkus dengan daun pisang.

Hal inilah yang membuat Mistar tertarik membahas kemasan modernisasi dan tradisional dengan menggunakan salah satu contoh makanan terkenal Indonesia itu.

Salah satu pedagang tape keliling, R.Saragih yang setiap hari berjualan di Kota Pematangsiantar dan sekitarnya mengatakan, menceritakan perihal bungkus tape dan pengaruhnya terhadap rasa.

“Pembeli paling senang tape yang dikemas pakai daun pisang. Menurut mereka enak dan manis. Selain itu tape akan beraroma wangi,” ungkapnya ketika beristirahat di Jalan Peleton, bersama dua orang ibu sesama pedagang tape.

Tape yang dijual Saragih, selalu habis. Tiap hari ia membuat tape sendiri sebanyak 200 hingga 300 bungkus, yang membutuhkan singkong antara 20 hingga 30 kg.

“Harga tape Rp1000 tiap bungkus. Ada yang dibungkus daun pisang maupun bungkus plastik, harganya sama,” ujar Saragih.

Beda lagi dengan Algi. Anak muda yang baru lulus SMA ini, menjual tape yang dibungkus plastik.

“Pelanggan banyak juga yang suka pakai bungkus plastik, khususnya anak muda lebih menyukainya. Makannya gak ribet, kalau pakai daun, air tapenya mau tumpah-tumpah, bisa mengotori tangan dan pakaian,” ujarnya.

Pada rasa tape singkong yang dibungkus daun pisang, diakui para pedagang itu terasa lebih manis dan ada aroma yang khas, dibandingkan dengan tape singkong yang dibungkus plastik. Hal itu disebabkan karena daun pisang merupakan bahan organik. Aroma dari tape pun akan lebih harum.

Saragih, yang mengaku sudah 20 tahun lebih berdagang tape, mengatakan, tape yang dibungkus daun pisang, maka kandungan alkoholnya lebih banyak dibandingkan tape singkong yang dibungkus plastik.

Selain itu, tape yang dibungkus dengan daun singkong memiliki tekstur yang lunak, banyak air, dan rasanya lebih manis.

Pengakuan bu Irma (67), yung sudah 50 tahun jadi pedagang tape keliling di sekitar jalan Sisingamangaraja, menbamhkan, terkadang ia pergi ke luar kota untuk berjualan tape juga. Dia lebih sering membuat tape dengan pembungkus pakai plastik.

Alasannya, harga plastik lebih murah dibandingkan daun pisang, dan mendapatkannya juga gampang.

Sementara mendapatkan daun pisang, belakangan ini sudah semakin sulit, paling yang menjualnya hanya beberapa orang saja.

Bu Irma, juga mengakui perbandingan rasa tape daun plastik dengan daun pisang. Aroma dan rasa serta tekstur yang dibungkus daun pisang, katanya, jauh lebih niknak dan aromanya jaduh lebih menggoda.

Sedangkan kalau dibungkus plastik, tekstur tapenya bisa menjadi agak keras dan padat, air tapenya juga sedikit, Rasanya juga berubah jadi manis kemasam-masaman dan kadar alkoholnya rendah.(hm02)

Penulis : Yetty

Editor : Herman Maris

Related Articles

Latest Articles