18.6 C
New York
Monday, April 29, 2024

Tantangan Mengurai Perselingkuhan dalam Pernikahan

Medan, MISTAR.ID

Ratna Jessyka Malau, seorang psikolog, membahas tentang kompleksitas dan tantangan soal menangani kasus perselingkuhan dalam pernikahan. Baginya, perselingkuhan adalah salah satu kasus yang rumit dan melelahkan.

“Biasanya, hanya satu pihak dari terlibat kasus perselingkuhan yang mencari bantuan profesional. Padahal, idealnya butuh keterlibatan kedua belah pihak untuk menyelesaikannya,” ujar Lulusan Magister Psikologi Profesi, Universitas Gajah Mada itu, Jumat (12/1/24).

Jessy, begitu dia biasa disapa, menyoroti bahwa ketika pasangan suami-istri memilih rekonsiliasi atau berdamai, dibutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk konseling pasangan.

“Pertanyaannya adalah, apakah kedua pihak bersedia? Sebab, ini persoalan yang multi faktor dan kompleks,” tambahnya.

Selain itu, menurut Jessy, ada juga pasangan yang memilih perceraian sebagai jalan keluar dan memerlukan keterlibatan pihak hukum dan/atau agama. Jessy menyoroti secara khusus pada pasangan suami-istri yang memiliki anak, pendampingan psikologis untuk anak-anak perlu dipertimbangkan untuk menghadapi perpisahan orang tuanya.

Baca juga: Korban Perselingkuhan Bisa Sebabkan PISD

“Proses ini jelas memakan waktu lama,” imbuhnya.

Jessy menegaskan, perselingkuhan juga berdampak pada kesejahteraan psikologis dan harga diri pasangan yang dikhianati. Dalam sesi konseling, Jessy mengungkapkan bahwa ia menemukan beragam emosi yang intens pada klien, seperti marah, cemas, cemburu, malu, dendam, kecewa, dan lain sebagainya.

“Jika emosi ini tidak dapat dikelola, dapat meningkatkan risiko munculnya gejala depresi dan gangguan kecemasan dalam jangka panjang,” ungkapnya.

Psikolog muda ini mengatakan, perspektif klien terhadap perselingkuhan juga beragam. Beberapa klien yakin bahwa ini hanya fase sementara, dan semuanya akan kembali baik-baik saja. Sementara yang lain bersikeras untuk berpisah, tidak dapat lagi mentolerir pengkhianatan yang berulang kali.

“Bagaimana menyikapi persoalan seperti ini?” tanya Jessy.

Baca juga: Psikolog: Perselingkuhan Bisa Sebabkan Trauma

Jessy menggarisbawahi bahwa setiap psikolog memiliki prinsip dan nilai etis yang tidak bisa dipaksakan kepada kliennya. Psikolog berperan memfasilitasi, menilai situasi, memberikan perspektif, dan alternatif yang membantu klien yakin untuk memilih keputusan terbaik bagi mereka.

“Psikolog tak bisa memilih klien. Itu sebabnya, saat pertemuan pertama, saya selalu menanyakan ekspektasi dan tujuan klien. Jika kapasitas saya tidak bisa memenuhi ekspektasi klien, saya pasti merekomendasikan ke rekan psikolog lainnya,” ungkapnya.

Sebaliknya, sambung Jessy, klien dapat memilih psikolog yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Jadi, bagi siapapun yang membutuhkan bantuan terkait masalah hubungan, diimbau untuk mencari tenaga profesional tanpa sungkan. (Hutajulu/hm20)

 

Related Articles

Latest Articles