Sederet Akar Masalah Penyelundupan Manusia di Tanjungbalai Hingga Batu Bara


Komisi III DPR, Hinca Panjaitan. (f: ist/mistar)
Tanjungbalai, MISTAR.ID
Tingginya angka penyelundupan manusia di wilayah Tanjungbalai, Asahan, hingga Batu Bara, menurut anggota Komisi III DPR, Hinca Ikara Putra Panjaitan karena rumitnya birokrasi prosedur resmi.
Pengurusan birokrasi kerap diwarnai pungutan liar, lambat, dan berbelit-belit. Kondisi ini, kata Hinca, dimanfaatkan oleh sindikat penyelundupan yang menawarkan jalan pintas dengan iming-iming gaji cepat.
"Mengapa jalur gelap tetap laris? Jawabannya sederhana. Prosedur resmi masih terasa seperti labirin birokrasi. Ada pungli, lambat, dan berbelit,” kata Hinca, Jumat (16/5/2025).
Menurut Hinca, sindikat penyelundupan manusia membaca peta emosi ini. Cukup menyiapkan paspor palsu, kapal usang, dan janji kosong.
“Ketika dapur di kampung mereka nyaris kosong, tawaran ‘berangkat malam ini, gaji kalian nanti cepat cair’ terdengar seperti pintu darurat. Selama kita belum memperbaiki birokrasi, pasar keputusasaan terus ada," tuturnya.
Lebih lanjut, Hinca mendesak aparat penegak hukum untuk membongkar aktor intelektual di balik sindikat ini. Mulai dari sponsor darat, pemilik kapal, hingga oknum yang menerbitkan dokumen palsu.
"Keberhasilan patroli laut hanya bab pertama yang baru selesai kita baca. Bab keduanya adalah membongkar aktor intelektual. Saya mendesak Polri, Kementerian Imigrasi dan PAS, serta BP2MI secara serius mengejar aktor-aktor intelektualnya. Biar akar busuk dicabut, bukan cuma rantingnya dipangkas," ucap Hinca.
Sebagai wakil rakyat dari daerah pemilihan Asahan - Tanjungbalai - Batubara, Hinca prihatin atas citra jalur gelap di wilayah tersebut. Ia menekankan pentingnya membangun imunitas sosial melalui edukasi dan literasi kepada masyarakat.
"Sebagai wakil rakyat pemilihan Asahan–Tanjungbalai–Batubara, peristiwa ini menambah pilu yang teramat dalam. Bagaimana tidak, garis pantai ketiga daerah ini semakin dicap sebagai jalur gelap yang tak pernah tidur,” ujarnya.
Masih kata Hinca, “hari ini penyelundupan manusia, besok barang haram, lusa mungkin keduanya sekaligus. Pemberantasan jalur gelap bukan hanya soal kapal patroli yang diikuti penangkapan demi penangkapan, ini soal membangun imunitas sosial. Saya mengajak kepala desa, tokoh agama, hingga LSM ikut memagari pantai dengan literasi. Ajari warga mengenali kontrak kerja palsu, waspadai ‘paket cepat’ ke Malaysia, dan laporkan setiap pergerakan mencurigakan.”
Terakhir, Hinca yakin jika semua pihak berkolaborasi maka masalah ini dapat teratasi. “Laut boleh luas, tetapi jika mata warga tajam dan hukum menggigit, sindikat akan kehabisan air untuk bersembunyi,” tuturnya.
Masih di kesempatan yang sama, Hinca mengapresiasi pasukan F1QR Lanal Tanjungbalai Asahan yang berhasil menggagalkan penyelundupan 20 calon pekerja migran ilegal menggunakan KM Sari Ulan serta Kanwil DJBC Sumatera Utara (Sumut).
Kemudian, juga menggagalkan penyelundupan 42 Pekerja Migran Indonesia ilegal dari Malaysia yang masuk ke perairan Asahan. (saufi/hm20)