Medan, MISTAR.ID
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) optimis penurunan kasus stunting hingga 14% pada tahun 2024 yang ditargetkan Pemerintah Pusat dapat tercapai. Hal ini sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2021 tentang penurunan stunting.
Berdasarkan data, beberapa faktor penyebab stunting di Sumut masih perlu ditangani. Misalnya ketersediaan jamban yang masih 82%, cakupan air bersih baru mencapai 72%, pemberian ASI eksklusif kepada bayi usia 6 bulan masih berada pada 57% pada tahun 2021, hingga rendahnya pemahaman masyarakat mengenai gizi.
Untuk itu, Pemprov Sumut telah menyusun berbagai kegiatan terintegrasi lintas sektor Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Mulai dari urusan sanitasi, jamban, mutu air, edukasi pemahaman gizi, serta membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya.
Baca juga: Atasi Stunting, PUD Pasar Medan Salurkan Bantuan Pangan ke Pekan Labuhan
“Jadi harus mengerahkan semua sektor, stunting ini tidak bisa hanya satu bidang saja, kalau semua OPD komit melaksanakan semua kegiatan tersebut, saya pikir target tahun 2024 akan tercapai,” kata Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPKB) Tengku Amri Fadli pada Podcast Apa Cerita yang tayang di Kanal Youtube Info Sumut, Selasa (1/11/22).
Dikatakan Amri, Pemprov juga melakukan intervensi mulai dari remaja putri dan ibu kekurangan energi kronik. “Program harus dari hulu, maka yang paling baik kita kejar dari remaja putri dan ibu kekurangan energi kronik hingga anemia, sehingga anak yang dilahirkan nantinya tidak stunting,” kata Amri.
Amri juga mendorong pejabat-pejabat di kabupaten dan kota se-Sumut untuk menjadi bapak asuh anak stunting, minimal satu pejabat satu anak. Sehingga dapat mengurangi beban anggaran daerah. “Pemko Medan sudah, kita harap kabupaten kota lainnya mengikuti,” kata Amri.
Baca juga: Cegah Stunting Sejak Dini, Pemprov Sumut Fokus Program Mulai dari Remaja Putri
Selain itu, Amri mengatakan stunting tidak selalu mengenai anak yang pendek. Menurutnya, anak yang pendek masih bisa dikembangkan. Namun otak berkembang sebanyak 80% hanya sampai umur lima tahun.
“Tinggi badan bisa kita intervensi pertumbuhannya, tapi otak manusia berhenti berkembang di umur lima tahun, Presiden Republik Indonesia mengharapkan generasi emas menguasai iptek, menguasai negeri sendiri dan pasar global,” katanya. (anita/hm09)