15 C
New York
Sunday, April 28, 2024

Dokter Hewan di Samosir Beberkan Ciri-Ciri Ternak Babi Terkena Penyakit ASF

Samosir, MISTAR.ID

Untuk mencegah penyebaran virus African Swine Fever (ASF) pada ternak babi di Kabupaten Samosir, salah seorang dokter hewan di daerah itu, drh Carter Silverius Parluhutan Sitanggang menghimbau para peternak supaya melakukan vaksinasi secara teratur, sesuai rekomendasi kesehatan hewan.

Kepada mistar.id, Sabtu (3/6/23), Carter menjelaskan, ASF adalah penyakit hewan yang disebabkan virus. Ini menyerang babi dari semua ras dan semua umur, baik babi liar maupun yang diternakkan dinamakan demam babi afrika. Karena pertama kali terjadi di Kenya, Afrika Timur pada tahun 1921 dan muncul kembali di Provinsi Sumatera Utara akhir tahun 2019.

“Gejalanya ditandai dengan demam tinggi, depresi, kehilangan nafsu makan, muntah, diare, perdarahan pada kulit dan organ dalam, perubahan warna kulit menjadi merah keunguan, abortus atau keguguran babi bunting, serta radang sendi dan akhirnya mati. Dalam OIE Manual 2019, kematian babi akibat ASF dapat mencapai 100 persen, dan terkadang kematian terjadi bahkan sebelum tanda klinis dapat diamati,” jelasnya.

Baca juga: Flu Babi Afrika ‘Bangkit’ Lagi, Kenali Tanda-tandanya

Ia menyebutkan, ada beberapa cara penularan dan penyebaran penyakit ASF, yakni kontak langsung dengan babi sakit. Dimana babi yang sehat akan tertular apabila kontak fisik secara langsung dengan babi yang sakit.

Dikatakan, ini melalui saluran pencernaan, gigitan caplak dan kontak dengan benda mati seperti pakaian, sepatu, dan kendaran yang tercemar partikel virus ASF.

“Penanganan penyakit ASF sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan ternak,” sebutnya.

Baca juga: Virus ASF, Harga Daging Babi Turun dan Peternak Lokal di Siantar Menjerit

Untuk penanganan penyakit ASF, menurut Carter hanya dapat melakukan  penanganan dengan menerapkan kegiatan yang dirancang untuk mencegah masuk ke dalam peternakan atau pun menyebar ke luar peternakan yang disebut biosekuriti.

Untuk menjaga agar ternak babi tetap sehat, Carter menyarankan, cukup dengan pakan dan kandang yang nyaman, bersih, kering dan hangat, memberikan vitamin dan penambah daya tahan tubuh, serta vaksinasi pada ternak secara teratur sesuai rekomendasi kesehatan hewan.

“Sejauh ini di Kabupaten Samosir sepertinya masih suspect ASF yang menyerupai penyakit ASF. Untuk mengetahui babi terkena ASF harus dicek secara laboratorium. Pemeriksaan darah bisa diantar ke Balai Veteriner melalui dinas terkait. Swasta bisa saja, namun biaya akan lebih mahal dan perlu sponsor,” ungkapnya.

Baca juga: Waspada! Flu Babi Afrika Sudah Masuk Batam

Sebagai dokter hewan, harapannya, agar Pemkab Samosir harus benar- benar aktif menjaga lalu lintas peredaran daging, baik keluar maupun yang masuk ke daerah itu, baik pengusaha mikro, kecil, menengah dan besar.  “Pemkab harus tegas mencek ternak babi yang masuk ke Samosir,” tegasnya.

Carter menambahkan, supaya Pemkab Samosir mengaktifkan kembali Rumah Potong Hewan (RPH). Selain itu, semua hewan yang akan dikonsumsi harus melalui RPH agar terjamin kesehatannya, serta limbahnya lebih terjaga dan juga ada dokter hewan sebagai penanggungjawab.

Kepada  masyarakat Samosir, Carter mengimbau untuk membeli daging babi dari pedagang yang dipercaya dan melakukan pengolahan daging yang baik dan benar. Caranya dengan proses pemasakan dilakukan sampai benar-benar masak, hingga suhu 100 derajat celcius. Bahkan bila perlu tidak dikonsumsi dulu, namun jika terpaksa harus dilakukan pemasakan yang baik.

Baca juga: Dinas Peternakan Sumut Surati Kabupaten/Kota Antisipasi Virus Flu Babi Afrika

Sementara itu, untuk mengantisipasi peningkatan penyebaran suspect ASF di daerah itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Ketapang dan Pertanian Kabupaten Samosir, Dr Tumiur Gultom telah mengeluarkan surat himbauan untuk tidak mendatangkan atau memasukkan ternak babi dari luar Kabupaten Samosir tertanggal 5 Mei 2023. (josner/hm16)

Related Articles

Latest Articles