“Kami melakukan pendampingan ke kabupaten tanpa diminta. Kami wajib hadir di sana untuk memberikan bantuan,” jelas Sri Wahyuni.
Pendampingan tersebut mencakup evakuasi dan pencarian. Meskipun Basarnas memiliki tugas utama dalam pencarian, BPBD Sumut memberikan dukungan dan panduan sesuai komando di lapangan.
Sementara itu, terkait status tanggap darurat yang telah dicabut untuk bencana Simangulampe, Sri Wahyuni menjelaskan bahwa hal tersebut tergantung pada komando di lapangan.
“Kami melakukan pendampingan ke kabupaten. Komando SK-nya ada di sana, kami mengikuti arahan dari kepala Basarnas dan Pak Bupati sebagai komando di lapangan,” tegasnya.
Baca Juga: Akibat Karhutla Indonesia, Singapura Keluarkan Peringatan Kabut Asap Harian
BPBD Sumut juga mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap risiko bencana, terutama bagi yang tinggal di daerah pegunungan atau perbukita.
Kesadaran dan kewaspadaan terhadap suara-suara aneh di hutan menjadi kunci untuk mengantisipasi potensi bencana alam. “Peka-lah. Kalau dengar suara-suara alam seperti gemuruh, segera cari tempat berlindung. Kadang alam telah memperingatkan, tetapi kita tidak peka,” imbuhnya.
Sosialisasi dan upaya pencegahan terus ditingkatkan, mengingat masa musim hujan yang masih berlangsung. Sri Wahyuni mengingatkan agar masyarakat tidak meremehkan potensi risiko dan selalu mengikuti imbauan dari pihak berwenang. (Hutajulu/hm22)
