6.6 C
New York
Saturday, April 27, 2024

Dokter Berpolitik, Antara Melek Politik dan Urgensi Kesehatan

Medan, MISTAR.ID

Pertarungan politik untuk kursi DPRD Kota Medan terlihat melalui Daftar Calon Tetap (DCT) dari latar belakang yang beragam.

Di antara mereka, calon legislatif (caleg) berasal dari berbagai partai politik (parpol) dengan latar belakang sebagai dokter.

Keterlibatan dokter dalam arena politik yang sangat tinggi ini berakar dari profesionalisme mereka. Profesi kedokteran menawarkan sudut pandang unik, metode berpikir, serta metafora biologis dan fisiologis bagi dokter pribumi yang pernah terjajah dan memiliki jiwa kosmopolitan.

Baca juga:Bawaslu Sumut Tak Banyak Komentar Terkait Dugaan Keterlibatan Aparat Desa Dalam Politik Praktis

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Medan, Ery Suhaimi menyampaikan, dukungannya kepada seluruh caleg yang latar belakangnya menjadi dokter terlibat kontestasi politik 2024.

“Kami (IDI Medan) senang akan adanya ada anggota kami yang bisa duduk di legislatif, baik di DPRD Kota Medan, DPRD Provinsi Sumatera Utara (Sumut), bahkan DPR RI,” kata Ery kepada mistar.id, Kamis (21/12/23).

Ery menjelaskan, di sejarah Indonesia peran dokter dalam membangun bangsa ini tidak bisa dipungkiri peran dan kontribusinya melihat perjuangan Cipto Mangunkusumo, Sutomo dan lainnya.

“Para dokter yang terjun ke dunia politik tanpa tergadaikan profesionalisme mereka,” tambahnya.

Baca juga:Politik Praktis, Bawaslu Sebut Ada Temukan Dugaan Keterlibatan Aparat Desa di Sumut

Dalam konteks masa kini, munculnya berbagai isu kesehatan dalam fenomena politik Indonesia telah membawa dokter-dokter ke sorotan publik, menyoroti kesulitan dokter-dokter Indonesia dalam meningkatkan citra profesi di mata publik. Meskipun dokter memiliki hak untuk menyuarakan pandangan politik, mereka tidak boleh mengorbankan profesionalisme.

Hal ini sesuai dengan poin ke 8 Sumpah Dokter Indonesia, yang menegaskan dokter tidak boleh terpengaruh berbagai pertimbangan, termasuk politik, saat menjalankan kewajiban terhadap pasien. Memanipulasi hasil medis demi kepentingan politik adalah dosa besar, terutama jika melibatkan keuntungan finansial.

Kelanjutan pengabaian terhadap isu-isu ini bisa saja mengurung sektor kesehatan Indonesia dalam jaringan eksploitasi kebijakan populis oleh penguasa, yang dapat mengakibatkan penurunan kualitasnya di masa depan.

“Saya dokter tetap menjaga profesionalisme profesi walau mereka diamanahkan mengurus Masyarakat. Karena dokter itu profesinya untuk menyehatkan masyarakat,” tutup Ery.

Baca juga:Jelang Pemilu 2024, ASN Pematang Siantar Dilarang Keras Terlibat Politik Praktis

Terpisah, salah seorang caleg Daerah Pemilihan (Dapil) III DPRD Kota Medan, Faisal Arbie merupakan salah satu dokter yang ikut dalam kontestasi politik. Sebagai dokter, Faisal memiliki semangat juang dan ketertarikan dalam isu kesehatan, sosial dan kepemudaan.

Berawal dari isu sosial dan kepemudaan, dirinya merasa prihatin dan khawatir terhadap Masyarakat, khususnya yang berada di kelas bawah dari segi ekonomi dan pendidikan.

Related Articles

Latest Articles