Jakarta, MISTAR.ID
Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mengungkapkan persentase kasus kekerasan di sekolah maupun luar sekolah, asrama, madrasah hingga pesantren pada tahun 2024.
Dari 573 kasus kekerasan yang terjadi, mayoritas atau sebesar 42 persen diantaranya adalah kasus kekerasan seksual. Hal ini sesuai Laporan Data Kasus Kekerasan di Lembaga Pendidikan 2024 oleh JPPI.
Kasus perundungan atau bullying sebesar 31 persen, kekerasan psikis 11 persen, kekerasan fisik 10 persen, dan kebijakan diskriminatif sebesar 6 persen.
“Jenis terbesar itu kekerasan seksual baru perundungan. Termasuk dosa besar pendidikan,” ujar Koordinator Nasional JPPI, Ubaid Matraji, pada peluncuran laporan di Bakoel Koffie Jakarta Pusat, pada Jumat (27/12/24).
Adapun kategori kebijakan diskriminatif yang sebesar 6 persen pada 2024, antara lain penolakan atas pendirian sekolah kelompok minoritas, pewajiban atau pelarangan jilbab, pembatasan guru dan siswa minoritas, dan lainnya.
Baca juga: Kekerasan Seksual Terhadap Anak Tinggi, Banyak Tak Terdata
Data kasus kekerasan itu dihimpun oleh JPPI dari berbagai sumber seperti berita di media massa, pengaduan di kanal Instagram @sahabatjppi, dan kanal www.new-indonesia.org. Demikian dilansir media detik.
Di acara yang sama, Kepala Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan (PSKP), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Irsyad Zamjani mengatakan temuan itu selaras dengan hasil analisis Asesmen Nasional (AN) tahun 2022.
Hasil AN 2022 menunjukkan, bahwa persentase keberadaan program penanganan kekerasan seksual yang baik (sebesar 8 persen) di satuan pendidikan lebih rendah daripada program penanganan perundungan yang baik (sebesar 59 persen).
“Ini Asesmen Nasional 2022 belum mengadopsi program yang kita sarankan pada Permendikbudristek No 43 (Tahun 2023). Sudah mulai ada penanganan yang baik, tapi kekerasan seksual ini menjadi PR,” ujar Irsyad.
“Baru 8 persen sekolah yang punya program penanganan kekerasan seksual yang baik. Ini yang terus kita encourage (dorong) agar bisa membuat program yang baik,” sambungnya. (dtc/hm27)