Wednesday, April 2, 2025
home_banner_first
NASIONAL

Gempa Dahsyat di Myanmar: Lebih 2.000 Tewas, Bantuan Mendesak Diperlukan

journalist-avatar-top
Selasa, 1 April 2025 09.27
gempa_dahsyat_di_myanmar_lebih_2000_tewas_bantuan_mendesak_diperlukan_

Tim penyelamat berjalan di lokasi gedung tinggi yang sedang dibangun yang runtuh setelah gempa berkekuatan 7,7 skala Richter di Bangkok, Thailand (f:ist/mistar)

news_banner

Jakarta, MISTAR.ID

Gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,7 mengguncang Myanmar pada Jumat (28/3/2025) dan menelan korban jiwa lebih dari 2.000 orang. Getaran dahsyat yang terjadi sekitar pukul 13.20 WIB dengan kedalaman episenter 10 km, membuat gempa ini tergolong dangkal akibat aktivitas Sesar Besar Sagaing. Getaran tersebut bahkan terasa hingga di perbatasan Thailand dan China.

Rincian Kejadian dan Dampak

Menurut analisis dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa ini memiliki mekanisme mendatar (strike-slip). Direktur Gempa Bumi BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa tingginya potensi kerusakan disebabkan oleh lokasi episenter yang berada tepat di tengah-tengah pemukiman.

Korban Jiwa dan Kerusakan Infrastruktur

Berdasarkan laporan terbaru dari junta militer yang dikutip media independen Myanmar Now, korban tewas mencapai 2.056 jiwa. Sedangkan korban luka 3.900 orang dan sekitar 300 orang dilaporkan hilang.

Sementara di Bangkok, 18 orang juga tewas akibat runtuhnya bangunan yang sedang dibangun, dengan 11 di antaranya meninggal seketika.

Sejauh ini pemerintah Myanmar masih melakukan operasi pencarian dan penyelamatan dengan fokus utama untuk menemukan sekitar 80 orang yang hilang. Tim penyelamat bekerja keras meski tantangan akses dan infrastruktur yang rusak parah.

Melihat kondisi ini, junta militer Myanmar telah menetapkan masa berkabung selama seminggu, dimulai Senin (31/3/2025). Bendera nasional pun dikibarkan setengah tiang hingga 6 April 2025 sebagai penghormatan kepada para korban.

Krisis Kemanusiaan

Warga yang terdampak gempa, terutama di kota Sagaing, mengaku belum menerima bantuan yang memadai. Banyak yang menghadapi kelangkaan air minum, listrik, dan kebutuhan dasar lainnya. Han Zin, seorang warga, mengungkapkan keprihatinannya karena bantuan masih sangat terbatas, sehingga warga harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Di tengah duka dan kehancuran yang melanda Myanmar, kebutuhan akan bantuan kemanusiaan sangat mendesak. Operasi penyelamatan dan distribusi bantuan harus segera diperkuat, terutama mengingat kondisi infrastruktur yang rusak dan adanya tekanan dari konflik internal yang masih berlangsung. Sementara seruan gencatan senjata dari NUG menunjukkan harapan akan adanya ruang bagi bantuan kemanusiaan, situasi politik dan militer yang kompleks tetap menjadi tantangan tersendiri.

Masyarakat internasional diharapkan dapat memberikan perhatian lebih dan dukungan nyata untuk meringankan penderitaan warga Myanmar. Bantuan berupa pasokan air, listrik, dan kebutuhan dasar lainnya sangat diperlukan agar proses pemulihan pasca bencana dapat berjalan dengan efektif dan cepat. (mtr/hm17)

REPORTER:

RELATED ARTICLES