6.9 C
New York
Saturday, April 27, 2024

Tragedi Kekerasan Seksual di Medan, Begini Penjelasan Psikolog

Medan, MISTAR.ID

Kota Medan dihebohkan oleh kematian siswi berinisial PJS berusia 15 tahun yang diduga menjadi korban kekerasan seksual di kosannya di Jalan Jamin Ginting Medan. Sebelum meninggal, korban sempat ditemukan pingsan dan dilarikan ke rumah sakit, hingga akhirnya meninggal dunia.

Psikolog Forensik, Irna Minauli, memberikan pemahaman yang mendalam mengenai gejala trauma yang dialami korban. PJS diduga mengalami sindrom rudapaksa, yang ditandai dengan perasaan jijik pada diri sendiri, ketakutan, dan mimpi buruk yang mendalam, sebelum dinyatakan meninggal.

“Kemungkinan besar karena traumanya. Selain trauma fisik akibat luka dari perkosaannya sendiri, diperparah dengan trauma psikis yang dialaminya. Jika dilihat dari gejala trauma yang dialami korban, tampaknya mengalami rape trauma syndrome,” kata Irna Minauli saat ditanya bisakah korban meninggal karena trauma yang dialaminya, Rabu (6/12/23).

Laporan dari WHO menunjukkan peningkatan dramatis kejahatan seksual, terutama di kalangan pelajar. Faktor risiko seperti masalah perilaku, keterlibatan narkoba, dan rendahnya kecerdasan menjadi pemicu serius terjadinya kejahatan ini.

Baca juga: Dampak Bullying, Psikolog: Rentan Memandang Dirinya Tak Berharga

“Kejahatan oleh kelompok pemuda di seluruh dunia mengalami peningkatan dramatis, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah seperti Indonesia. WHO melaporkan bahwa 1 dari 8 orang mengalami kekerasan seksual,” imbuh Irna.

Pemerkosaan oleh lebih dari satu orang, dikenal sebagai “gank rape,” membawa dampak traumatis yang lebih berat, bahkan dapat berakhir dengan kematian. Irna menekankan, kejadian semacam ini seringkali disertai dengan penggunaan kekerasan dan minuman keras.

Kasus pemerkosaan yang mengakibatkan hilangnya nyawa merupakan kejahatan serius. Keluarga yang ditinggalkan juga akan memendam kesedihan dan kemarahan yang panjang, mengganggu psychological well-being mereka.

“Psychological well-being mengacu pada keadaan kesejahteraan mental individu, mencakup aspek-aspek seperti kebahagiaan, kepuasan hidup, ketenangan pikiran, dan keseimbangan emosional,” jelas Irna.

Baca juga: Psikolog dan Dokter Jiwa Ingatkan Tingkat Emosional dan Kesehatan Mental Gen-Z

Irna mengungkapkan, pelaku pemerkosaan sering memiliki distorsi (penyimpangan) dalam pola pikirnya. Sebuah eksperimen yang dilakukan terhadap kelompok pemerkosa dan kelompok laki-laki normal, menemukan bahwa para pemerkosa justru semakin terangsang dengan adanya perlawanan dari korbannya. Semakin besar perlawanan maka semakin besar hasratnya.

“Korban pemerkosaan, termasuk PJS, terperangkap dalam fase numbness atau mati rasa emosional, sulit merespons sekelilingnya,” terang Direktur Minauli Consulting itu.

Menutup wawancara, Irna menegaskan bahwa Kematian PJS bukanlah tragedi individu semata, melainkan juga cerminan dari masalah serius kekerasan seksual di kalangan pelajar.

Baca juga: Psikolog Irna Minauli: Peran Keluarga Sangat Penting dalam Pencegahan HIV-AIDS

“Komunitas dan pemerintah perlu bersatu untuk mencegah, melindungi, dan memastikan keadilan bagi para korban. Masyarakat diingatkan akan pentingnya kesadaran terhadap bahaya kekerasan seksual dan peran aktif dalam menjaga keamanan bersama,” tutupnya. (Hutajulu/hm20)

Related Articles

Latest Articles