27.4 C
New York
Friday, May 3, 2024

Tahun 2024 Ekspor Sumut Diprediksi Hadapi Tantangan Sulit

Medan, MISTAR.ID

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumut mencatat bahwa nilai ekspor pelabuhan muat di wilayah Sumut pada Oktober 2023 mengalami kenaikan dibandingkan September 2023, dari US$874,78 juta menjadi US$948,39 juta atau naik sebesar 8,41 persen.

Barang yang mengalami kenaikan nilai ekspor terbesar adalah golongan ampas/sisa industri makanan sebesar US$22,20 juta (33,88%). Sedangkan yang mengalami penurunan nilai ekspor pada Oktober 2023 terhadap September 2023 adalah sabun dan preparat pembersih. Turun sebesar US$1,11 juta (-2,52%).

Begitu juga nilai impor melalui Sumut pada Oktober 2023 atas dasar CIF (cost, insurance
& freight) sebesar US$473,64 juta atau naik sebesar 2,35 persen dari pada
September 2023 yang sebesar US$462,76 juta.

Baca juga: Indonesia Ekspor Durian Hingga Kelapa ke China

Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, ada tiga pemicu naikknya ekspor Sumut pada Oktober kemarin. Pertama, meningkatnya ekspor lebih karena kenaikan harga CPO Oktober, yang rata rata lebih tinggi dibandingkan dengan bulan September.

Kedua, ada pelemahan mata uang Rupiah hingga mendekati 16.000 per US Dollarnya. Dan, ketiga membaiknya demand atau permintaan.

“Harga CPO dunia pada September kemarin bergerak dalam tren menurun dalam satu bulan penuh. Harga CPO yang sempat menyentuh 4.000-an ringgit per ton di awal bulan terus dalam tren penurunan hingga menyentuh 3.600-an ringgit per tonnya. Sementara itu, harga CPO di Oktober justru bergerak sebaliknya. Kenaikan harga CPO pada Oktober terjadi hingga berlanjut pada  November 2023 yang sempat kembali ke level 4.000 ringgit per tonnya,” jelas Gunawan, Selasa (5/12/23).

Baca juga:Jelang Akhir Tahun, Permintaan Ekspor Karet Sumut Turun

Akan tetapi yang paling terlihat memberikan penguatan pada kinerja ekspor adalah pelemahan mata uang Rupiah. Bagi perekonomian nasional, pelemahan Rupiah justru lebih banyak memberikan efek negatif seperti kenaikan harga kebutuhan hidup masyarakat. Namun bagi eksportir Sumut, kinerja ekspor justru diuntungkan dengan melemahnya Rupiah terhadap US dolar.

Mata uang Rupiah yang bergerak dalam rentang 15.200 hingga 15.500 pada September, melemah menjadi 15.500 hingga 15.920 pada Oktober. Sehingga pengusaha mendapatkan keuntungan yang lebih besar, karena pelemahan Rupiah itu sendiri. Selain juga, ketiga dikarenakan demand yang membaik yang tercermin dari kenaikan ekspor dalam satuan berat (ton) pada Oktober.

Baca juga: India Segera Buka Keran Ekspor Beras untuk Indonesia

“Nah, di tahun depan nanti masih rendahnya laju pertumbuhan ekonomi global. Ditambah negara tujuan ekspor Sumut seperti China yang tengah mengalami perlambatan. Hal ini sangat berpeluang menekan kinerja ekspor Sumut di tahun 2024 mendatang. Ditambah lagi, penerapan kebijakan EURDR (UU Anti Deforestasi) Eropa berpeluang menambah buruk kinerja ekspor nantinya,” terang Gunawan.

Jika, perlambatan ekonomi global dan jika berasumsi bahwa Sumut mendapatkan sanksi dan terpaksa kehilangan pangsa pasar Eropa. Maka ekspor bisa anjlok hingga 10%. Tapi itu masih terlalu dini untuk menyimpulkannya. Selain dua faktor tersebut ada ancaman geopolitik (perang) yang setiap saat bisa saja menjadi malapetaka bagi ekspor Sumut.

“Sehingga diprediksi untuk tantangan ekspor ke depan itu sulit, dan sulit juga untuk diproyeksikan,” pungkasnya. (Anita/hm17)

Related Articles

Latest Articles