Medan, MISTAR.ID
Bonus demografi, periode di mana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibandingkan usia non-produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun), diharapkan membawa dampak positif bagi perekonomian Indonesia.
Menurut para pengamat sosial, fenomena ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Hotmatua Paralihan Harahap, pengamat sosial dari Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU), menekankan bahwa untuk memanfaatkan bonus demografi diperlukan persiapan dan percepatan dalam berbagai aspek.
Baca juga:Tips Bagi Gen Z Memanfaatkan Bonus Demografi
Terutama pendidikan, yang menciptakan manusia jadi kreatif, inovatif, kolaboratif sehingga sumber pembiayaan negara berbasis kecerdasan manusia, HaKi sebagaimana negara maju, bukan bertumpu pada Sumber Daya Alam (SDA) dan pajak yang tinggi.
“Persoalannya adalah apa yang harus dipersiapkan atas fenomena yang ada. Saya melihat beberapa kasus negara-negara yang mengalami fenomena seperti ini juga tidak dapat memanfaatkannya dengan baik. Alhasil, yang didapatkan dari fenomena tersebut hanyalah angan-angan belaka,” ungkap Hotmatua, pada Jumat (28/6/24).
Menurut Dosen Filsafat ini, bonus demografi bukan sekadar persoalan umur semata dalam menanggung beban masa depan negara. Bukan pula persoalan generasi mana yang harus bertanggungjawab mewujudkannya.
Baca juga:Bonus Demografi Jadi Andalan Menuju Indonesia Emas 2045
“Umur itu tidak menjamin akan mampu menciptakan kesejahteraan. Tetapi yang lebih menjamin itu adalah pendidikan,” jelasnya.
Lebih lanjut dikatakan Hotmatua, hal ini harus dihadapi dan diantisipasi oleh seluruh elemen masyarakat. Menurutnya, harus ada kolaborasi yang dilakukan.
Ia menambahkan, pertanyaan penting yang perlu dijawab adalah apakah Indonesia mampu menjadi negara yang adil, makmur dan sejahtera pada tahun 2045 seperti yang diharapkan.
Baca juga:Ketua Senat Unimed: 3 Hal Fundamental Pendidikan Raih Bonus Demografi
