17.5 C
New York
Monday, April 29, 2024

Ketua Senat Unimed: 3 Hal Fundamental Pendidikan Raih Bonus Demografi

Medan, MISTAR.ID

Guru Besar Universitas Negeri Medan (Unimed), Syawal Gultom menjadi narasumber pada seminar nasional bertema ‘Peran Pendidikan Dalam Memastikan Bonus Demografi Bisa Diraih’ yang diselenggarakan Universitas Yarsi Jakarta, pada Rabu (10/1/24) melalui zoom meeting.

Dalam seminar itu menghadirkan pakar-pakar pendidikan Indonesia yang sudah tidak diragukan lagi perannya dalam membawa kemajuan pendidikan di tanah air hingga saat ini.

Para pakar yang dihadirkan dan memberikan gagasan konstruktifnya di antaranya Emil Salim, Fasli Jalal, Syawal Gultom, Amich Alhumami, Nawawi, Sudarno Sumarto, Abdul Malik, Shintia Revina, Muchlas Samani, Anita Lie, Iwan Pranoto, Fauziah Fauzan El Muhammady, Tedy Setiawan, Doni Koesoema dan Yan Feski.

Baca juga:Tingkatkan Kualitas Guru Pamong, Unimed Gelar PPL PPG Tahun 2023

Pada pemaparannya, Syawal menyampaikan, ada 3 hal fundamental tentang pendidikan untuk memastikan meraih bonus demografi.

“Pertama, momentum peran pendidikan yang dimulai dari sekolah hari ini. Gambaran masa depan Indonesia dilihat dari hari ini. Rentang waktu tahun 2024-2045 atau 20 tahun mendatang, pendidikan dapat terus berlangsung baik dari rumah, sekolah, masyarakat dan dunia kerja. Sehingga di tahun 2045 akan terwujud Indonesia Emas,” kata Ketua Senat Unimed itu.

Kedua, Syawal mengatakan, substansi pendidikan Indonesia, kurikulum seharusnya tidak terbatas pada kompetensi. Konten, proses dan asesmen, akan tetapi kebijakan nasional dan lokal tentang peta Sumber Daya Manusia (SDM) yang sesuai dengan struktur dan fokus kepada keunggulan daerah.

Baca juga:LPPM Unimed Sosialisasikan Pedoman Penelitian dan PKM kepada Seluruh Dosen

“Bahkan kurikulum termasuk kebijakan pemetaan potensi anak Indonesia untuk bidang akademik, profesi dan vokasi. Sejatinya, secara epistemologis, aksiologis apalagi secara ontologis, sehingga anak Indonesia seperti yang disebut Barbara J Duck, arrive at informed judgments, memiliki high level skills, dan memiliki the ability to function in a global community, dan/atau apalagi untuk Indonesia,” jelasnya.

Dengan pendekatan kuantitatif, kata Syawal seharusnya TK/PAUD 95% adalah muatan tentang sikap, 5 % pengetahuan dan keterampilan, SD, idealnya 80% itu sikap, 20 % itu pengetahuan dan keterampilan, SMP, idealnya 50% sikap, 20% pengetahuan, dan 30% itu keterampilan. SMA, sepatutnya 35 % sikap, 25% pengetahuan, dan 40% keterampilan. PT sepatutnya 10 % sikap, 25% pengetahuan, dan 65 % keterampilan (zonasi berbasis keunggulan, diberi kewenangan mengawal laluan pembangunan).

“Perlu tafsir ulang kurikulum nasional mulai TK-PT yang tidak ‘dikungkung’ paradigma ilmu dan teknologi dan agitasi global, tetapi tafsir yang bermula dari Pembukaan UUD 45 dan sesuai cita-cita luhur bangsa Indonesia di masa depan yang diterjemahkan pada ilmu dan teknologi, nilai dan karakter. Bukan sebaliknya seolah-olah ilmu dan teknologi yang dipaksakan menyesuaikan diri dengan tujuan berbangsa, bernegara, berpolitik, berdemokrasi, berekonomi dan berbudaya di Indonesia,” ungkapnya.

Baca juga:Gebrakan Kepala SLB Negeri Pembina: Transformasi Pendidikan Melalui Tim Kreatif

Ketiga, Syawal menjelaskan, strategi pendidikan dengan berfokus pada SDM nya bukan sistemnya. Ini bukti empirik yang tidak fokus pada SDM nya.

“Bila pada level mikro solusi jangka pendek adalah mengubah suasana pembelajaran di Indonesia maka secara sederhana paling tidak terkait dengan model pembelajaran, keselarasan antara ASK, integrasi HOTS, serta TPACK (AI, VR, AR, VC dan sebagainya). Kemudian mengubah suasana belajar di kelas dan motivasi belajar siswa. Selanjutnya, memacu kreativitas anak Indonesia menuju inovasi politik, demokrasi, ekonomi, sosial dan budaya. Sehingga bangsa akan berdaulat dan bermartabat sesuai pembukaan UUD 1945,” tutupnya. (dinda/hm16)

Related Articles

Latest Articles