12.9 C
New York
Monday, October 21, 2024

Kecerdasan Buatan jadi Saingan atau Sebuah Kesempatan

Medan, MISTAR.ID

Kemunculan dari artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan memang telah menjadi perbincangan hangat dan menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Di satu sisi, AI dinilai dapat membantu, namun sebagian justru menganggap sebagai saingan.

Bekerja sebagai copywriter di salah satu industri kreatif digital marketing, Jernih, mengaku menjadi salah seorang yang terdampak akan kedatangan AI ini.

“Dan memang faktanya beberapa perusahaan melakukan pemecatan massal layout karena merasa AI sudah jadi solusi,” ucapnya pada acara ngobrol buku di Jalan Amaliun Nomor 152 Medan, Minggu (20/10/24) malam.

Baca juga:KTT Wuzhen 2024 Fokus pada Kecerdasan Buatan dan Inovasi Digital

Kesulitan untuk menggunakan AI serta mendapatkan jawaban yang tidak tepat, diartikannya menjadi sebuah kemungkinan yang terjadi karena kurangnya pengetahuan dalam memberikan pertanyaan.

Sastrawan dan Sosiolog, Okky Madasari, mengaku percaya bahwa orang yang tidak bisa mengontrol dan memanfaatkan AI akan bergeser karena dianggap kemampuannya akan sama dengan produk yang dihasilkan AI.

“Tapi jika orang ini punya basic pondasi critical thinking, tahu bagaimana memproses informasi, tahu bagaimana step by step dalam menghasilkan sesuatu maka AI akan menjadi sebuah asisten yang membuat karyanya punya loncatan, punya hasil yang bisa lebih maksimal. Dan ini tidak bisa digantikan AI,” ucapnya.

Jika sekedar membuat tulisan dasar, lanjut Okky, AI bahkan sudah jauh lebih bagus. Namun jika mengetahui cara untuk memerintahkan kecerdasan buatan ini dengan kreativitas dan originalitas maka AI akan menjadi asisten yang mempercepat pekerjaan.

Baca juga:Perkembangan Kecerdasan Buatan Bakal Bikin Banyak Wanita Kehilangan Pekerjaan

Okky juga mengaitkan hal ini dengan literasi, di mana seseorang yang tidak dapat memanfaatkan AI dengan baik terjadi karena tidak memiliki literasi yang baik pula.

“Termasuk kemampuan bertanya dan kemampuan untuk bersikap kritis. Kegagalan dalam menggunakan AI itu juga diawali dari kegagalan untuk merespon secara kritis hasil dari yang disampaikan oleh AI itu sendiri,” sebutnya.

Menurut Okky, masih ada peluang untuk mengubah keadaan, tetapi harus dimulai dari sekarang. Okky mengingat sepuluh tahun lalu, banyak orang masih mengandalkan koran cetak, tetapi sekarang, untuk menjangkau lebih banyak pembaca kini manusia harus beradaptasi dengan digital.

“Banyak loh berbagai usaha yang menyesal karena menyadarinya belakangan. Nah itu juga butuh kemampuan adaptasi dan lagi-lagi kemampuan literasi,” tutupnya. (susan/hm17)

Related Articles

Latest Articles