Wednesday, April 16, 2025
home_banner_first
MEDAN

Kasus PPDS Unpad Cederai Kepercayaan Publik terhadap Profesi Dokter

journalist-avatar-top
Jumat, 11 April 2025 15.44
kasus_ppds_unpad_cederai_kepercayaan_publik_terhadap_profesi_dokter

Dokter PPDS FK Unpad, Priguna Anugerah Pratama, pelaku pelecehan seksual. (f: ist/mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Pengamat sosial Agus Suriadi turut menanggapi kasus pelecehan seksual yang dilakukan peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad), terhadap seorang keluarga pasien.

"Kasus pelecehan yang terjadi di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung adalah situasi yang sangat serius dan memprihatinkan. Hal itu berdampak ke korban, serta memiliki konsekuensi luas bagi masyarakat, profesi kedokteran, dan dunia pendidikan," ujarnya, Jumat (11/4/2025).

Kasus PPDS Unpad, dikatakan Agus, menyebabkan krisis kepercayaan masyarakat terhadap dokter dan institusi medis. Mereka mulai meragukan integritas hingga profesionalisme dokter, yang seharusnya menjadi pelindung dan penyembuh.

"Ketidakpercayaan ini dapat berujung pada penurunan partisipasi masyarakat dalam program kesehatan, seperti vaksinasi atau pemeriksaan kesehatan rutin, yang dapat berdampak pada kesehatan masyarakat secara keseluruhan," ucapnya.

Korban pelecehan, menurut Agus, mungkin mengalami stigma sosial, yang dapat menghalangi mereka untuk mencari bantuan medis di masa depan. Ini dapat menciptakan ketakutan di kalangan pasien untuk berinteraksi dengan tenaga medis.

Akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) USU itu mengakui, meski banyak dokter di Indonesia bekerja di bawah tekanan dan beban kerja yang tinggi, tidak menjadi alasan untuk berperilaku yang tidak etis dan pelecehan seksual tidak dibenarkan.

"Kasus ini mencoreng citra dokter sebagai profesi yang terhormat. Masyarakat harus memahami bahwa tindakan individu tidak mencerminkan seluruh profesi. Namun, insiden seperti ini dapat memperkuat stereotip negatif tentang dokter," tuturnya.

Dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial itu menilai kasus tersebut, dapat mendorong institusi pendidikan kedokteran untuk mengevaluasi dan memperbaiki kurikulum mereka, termasuk pelatihan tentang etika, komunikasi, dan penanganan situasi sensitif.

"Diperlukan peningkatan kesadaran, pelatihan bagi mahasiswa kedokteran hingga PPDS, mengenai pentingnya etika dan perlakuan baik ke pasien dan keluarganya. Kasus ini juga dapat memengaruhi psikologis mahasiswa kedokteran, yang mungkin merasa tidak aman atau tertekan," katanya.

Kasus pelecehan seksual sebagai peringatan penting bagi semua pihak terkait. Maka, dia menyarankan dalam memperbaiki citra dokter saat ini, diperlukan tindakan tegas untuk menangani kasus tersebut dan mencegah kejadian serupa di masa depan.

"Masyarakat, institusi pendidikan, dan tenaga kesehatan harus bekerja sama untuk membangun kembali kepercayaan dan memastikan bahwa lingkungan medis aman dan etis bagi semua," ujarnya. (berry/hm24)

REPORTER: