26.3 C
New York
Wednesday, June 26, 2024

Dirintangi Ragam Aspek, Mahasiswa Pesimis soal Target Indonesia Emas 2045

Medan, MISTAR.ID

Aliansi Gerakan Untuk Rakyat (Guntur) menelaah pencanangan visi pemerintah terhadap Indonesia emas sebagai negara maju tahun 2045. Hasilnya para mahasiswa mengaku pesimis, melihat perkembangan yang terjadi di Indonesia saat ini.

Founder Guntur, Renaldo Diaz Simbolon yang juga merupakan mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) ini menilai visi yang mencakup berbagai aspek, seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan tata kelola pemerintahan tentu banyak memiliki tantangan.

“Saat ini realisasi visi menghadapi sejumlah tantangan yang signifikan, yang memunculkan skeptisisme di kalangan masyarakat dan pengamat,” katanya pada mistar.id, Kamis (13/6/24).

Baca juga: Bonus Demografi Jadi Andalan Menuju Indonesia Emas 2045

Ia kemudian menjelaskan beberapa tantangan yang menjadikan mahasiswa tersebut pesimis terhadap wujud Indonesia  emas.

“Untuk mencapai status negara maju, Indonesia perlu mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil. Namun, faktor eksternal seperti fluktuasi harga komoditas, kondisi ekonomi global, dan tantangan domestik seperti infrastruktur yang belum memadai dan birokrasi yang kompleks dapat menghambat pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.

Kemudian faktor lainnya berupa pendidikan, kesehatan dan gizi, infrastruktur dan kondisi lingkungan hidup menjadi tantangan serius yang perlu dihadapi.

Baca juga: Harlah Pancasila 2024 Menyongsong Indonesia Emas yang Maju

“Guntur memandang pesimis terkait Indonesia emas 2045 yang diwacanakan pemerintah saat ini, sebab pemerintah saat ini dinilai belum total dalam mengatasi tantangan-tantangan yang hadir pada republik ini,” jelasnya.

Saat ini Guntur juga memandang jika Indonesia emas 2045 hanya sebuah isu yang dibangun dan dimanfaatkan pemerintah untuk penenang atau hanya memberikan harapan palsu.

“Dengan menyebarkan harapan tentang masa depan yang cerah, pemerintah dapat mengalihkan perhatian publik dari masalah-masalah saat ini seperti korupsi, inefisiensi, atau ketidakadilan sosial,” pungkasnya. (dinda/hm17)

Related Articles

Latest Articles