Cerita di Balik Kuping Gajah dari Simalungun: Camilan Legendaris Penopang Ekonomi Keluarga


Zul Chan Abdul Manan menunjukkan camilan Kuping Gajah usaha yang diturunkan orang tuanya (f:abdi/mistar)
Simalungun, MISTAR.ID
Di tengah geliat aktivitas masyarakat Kabupaten Simalungun, terdapat sebuah usaha rumahan yang tidak hanya mempertahankan tradisi, tapi juga menggerakkan roda ekonomi lokal.
Berlokasi di Nagori Rambung Merah, Kecamatan Siantar, usaha pembuatan camilan Kuping Gajah ini menjadi contoh nyata bagaimana warisan keluarga dapat tumbuh menjadi sumber penghidupan yang menjanjikan.
Zul Chan Abdul Manan adalah generasi penerus usaha camilan yang telah berdiri sejak lama. Ia mewarisi keahlian meracik Kuping Gajah dari orang tuanya dan kini turut mengembangkan usaha tersebut agar semakin dikenal luas.
“Awalnya ini usaha orangtua saya. Setelah belajar proses pembuatannya, saya memutuskan untuk mengembangkan usaha ini lebih serius,” ujar Zul Chan kepada MISTAR.ID, Senin (21/4/2025).
Kuping Gajah, yang dikenal karena bentuk spiral unik dan cita rasa renyah manisnya, dibuat dari bahan-bahan sederhana seperti tepung terigu, gula halus, telur, susu bubuk, margarin, garam, vanila, dan cokelat bubuk. Meski terlihat mudah, menjaga konsistensi rasa dan tekstur menjadi kunci kesuksesan usaha ini.
Setiap hari, lima orang pekerja yang tergabung dalam usaha keluarga ini mampu memproduksi hingga 217 kilogram Kuping Gajah. Masing-masing pekerja menerima upah Rp80.000 per hari, dengan harga jual produk di kisaran Rp20.000 per kilogram.
“Kalau soal penghasilan, alhamdulillah dari sini orangtua bisa dapat sekitar Rp1 juta per hari. Kami bertiga kuliah, dan semua biaya hidup keluarga bersumber dari usaha ini,” tuturnya.
Usaha ini tak hanya menghidupi keluarganya, tetapi juga menciptakan lapangan kerja bagi warga sekitar. Selain itu, Kuping Gajah yang mereka produksi mulai dikenal sebagai makanan khas Simalungun, menciptakan identitas kuliner yang membanggakan.
“Alhamdulillah, usaha ini bukan hanya menghidupi keluarga kami, tapi juga membantu teman-teman pekerja di sini. Kami ingin terus berkembang dan memberikan manfaat lebih luas,” kata Zul Chan.
Dengan permintaan yang terus meningkat, ia berencana memperluas pasar dan meningkatkan kapasitas produksi, tanpa mengorbankan kualitas rasa yang telah menjadi ciri khas produknya.
Kisah Zul Chan dan Kuping Gajah-nya menjadi bukti nyata bahwa usaha rumahan yang dikelola dengan komitmen, ketekunan, dan inovasi bisa berkembang menjadi tulang punggung ekonomi lokal. Kuping Gajah bukan sekadar camilan, tapi simbol keberhasilan dari tangan-tangan kreatif anak bangsa. (abdi/hm17)