10.6 C
New York
Sunday, April 28, 2024

Kerusuhan di Prancis Meluas, Recep Tayyip Erdogan: Rasisme Institusional

Turki, MISTAR.ID

Recep Tayyip Erdogan komentari kerusuhan yang terus meluas di Prancis setelah kematian seorang bocah lelaki berusia 17 tahun yang ditembak mati oleh polisi. Erdogan menyalahkan ‘rasisme institusional’ dan masa lalu kolonial Prancis atas kerusuhan yang berkembang.

Pemerintah Prancis telah berusaha memadamkan kerusuhan dan penjarahan yang meluas di ibu kota Paris dan di tempat lain sejak polisi menembak mati seorang remaja bernama Nahel M (17), dilansir dari AFP pada Selasa (4/7/23).

Nahel adalah warga negara Prancis berlatar belakang Aljazair.

Erdogan dapat menggambarkan dirinya sebagai pembela Muslim di seluruh dunia, setelah memimpin sebuah partai Islam berkuasa di Turki selama dua dekade terakhir.

Baca juga: Erdogan Meminta Komisi Internasional untuk Menangani Dam Kakhovka

Dalam sebuah komentar pada Senin (3/7/23) waktu setempat, Erdogan mengatakan alasan meningkatnya kerusuhan di Prancis adalah “Islamofobia”, yang dikaitkan dengan masa lalu kolonial negara itu.

“Di negara-negara yang terkenal dengan masa kolonialnya, rasisme budaya telah menjadi rasisme institusional,” kata Erdogan dalam pidatonya di televisi Turki setelah memimpin rapat kabinet mingguan.

“Alasan peristiwa yang dimulai di Prancis adalah arsitektur sosial yang dibangun dengan cara berpikir ini. Mayoritas imigran yang dikutuk di lingkungan ghetto dan ditindas secara sistematis adalah Muslim,” katanya.

Baca juga: Ketiga Kalinya, Recep Tayyip Erdogan Dilantik Menjadi Presiden Turki

Dia juga mengutuk kerusuhan tersebut, yang bertepatan dengan meluasnya kerusuhan sipil di Prancis.

“Jalan itu tidak bisa digunakan untuk mencari keadilan. Namun, jelas otoritas lokal juga harus belajar dari ledakan sosial ini,” kata Erdogan.

Penembakan seorang remaja Prancis Selasa lalu (27/6/23) mengungkap perpecahan politik yang mendalam di negara itu. Banyak orang di sayap kanan membela aparat keamanan, sedangkan sayap kiri melihat kematian remaja itu sebagai akibat rasisme sistemik di tangan polisi.

Baca juga: Pada 3 Juni 2023, Erdogan Dilantik Ketiga Kalinya Menjadi Presiden Turki

Di Prancis, kerusuhan dan penjarahan yang meluas memperkuat polarisasi yang ada.

Petugas polisi yang diidentifikasi oleh media Prancis sebagai Florian M (38) ditangkap dan didakwa melakukan pembunuhan. Dalam video penembakan yang bocor, Florian terlihat bersama dengan petugas polisi lainnya menghentikan mobil Mercedes kuning yang dikendarai Nahel tanpa SIM di daerah Nanterre, pinggiran barat Paris, pada Selasa pagi (27/6/23).

Video tersebut memperlihatkan Florian mengambil senjatanya dan menembaki Nahel dari jarak dekat. Remaja itu melarikan diri dari tempat kejadian dengan mobilnya. Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne menekankan bahwa hal itu “jelas melanggar kode etik polisi”.

Baca juga: Kerusuhan di Prancis Mencekam, Ribuan Warga Ditangkap Polisi

Florian juga dituduh membuat pernyataan palsu, karena awalnya dia mengaku melepaskan tembakan saat Nahel mendekatinya. Remaja lain, yang berada di mobil yang sama dengan Nahel, mengatakan kepada media lokal. Bahwa polisi memukul Nahel dengan popor senjata sebelum melepaskan tembakan ke arahnya.

“Kamu akan mendapatkan peluru di kepala,” kata sebuah suara dalam video penembakan itu. (Mtr/hm21).

Related Articles

Latest Articles