13.9 C
New York
Friday, April 12, 2024

Humanoid Berhijab Punya Arab Saudi Dilarang Bicarakan Seks

Riyadh, MISTAR.ID

Arab Saudi baru-baru ini mengenalkan humanoid wanita pertamanya. Robot tersebut menarik perhatian karena tampak cantik dengan mengenakan hijab dan abaya.

Arab Saudi memperkenalkan dua humanoid pertamanya bernama Muhammed dan Sara, yang dikembangkan oleh QSS AI & Robots. Meskipun keduanya adalah robot, program yang digunakan dikatakan berbeda.

Menurut perwakilan Arab Saudi, Sara memiliki keterbatasan dalam percakapannya. Sesuai dengan nilai-nilai agama dan kebijakan negara, Sara tidak diizinkan untuk membicarakan topik seperti seks dan politik yang dianggap tabu bagi wanita. Sementara Muhammed memiliki kebebasan lebih besar.

“Dia menyadari bahwa dia seorang wanita, berusia 25 tahun, tingginya 1,62 meter, dan mengenakan pakaian Arab Saudi,” kata Elie Metri, CEO QSS AI & Robots.

Baca juga: Cara Arab Saudi Menentukan Ramadhan

“Dia dirancang untuk bersikap sopan, tidak membahas politik atau seks karena di Arab Saudi hal itu bukan topik yang pantas untuk dibicarakan,” tambahnya.

Penampilan Sara disesuaikan dengan budaya negaranya. Saat ‘bekerja’, ia mengenakan hijab dan abaya. Robot ini juga dilengkapi dengan detail tahi lalat di atas bibir untuk memberikan kesan lebih manis.

Sara diklaim dapat berbicara dalam dua bahasa, yaitu Inggris dan Arab. Keunggulan lainnya, Sara diprogram dengan menggunakan large language model (LLM), yang memungkinkannya untuk memahami berbagai dialek Saudi.

Pengenalan Sara dan Muhammed menarik perhatian sekaligus memicu kontroversi. Meskipun menunjukkan kemajuan teknologi yang canggih, kedua robot ini juga menjadi bahan perbincangan karena dinilai bertentangan dengan nilai-nilai lokal.

Baca juga: Rumy Al Qahtani, Model Pertama Mewakili Arab Saudi yang Masuk Miss Universe

Selain Sara yang tidak diizinkan membicarakan topik seks dan politik, Muhammed juga menuai kontroversi saat beberapa waktu lalu menyentuh seorang wanita.

“Ketika manusia berbicara, mereka menggunakan gerakan tangan; mereka bukan manekin. Namun, di seluruh Timur Tengah, bahkan di Arab Saudi, tidak ada yang menganggap ini sebagai sesuatu yang buruk karena kita menyadari bahwa mereka adalah robot,” jelas Elie Metri. (mtr/hm20)

Related Articles

Latest Articles