3.6 C
New York
Monday, January 13, 2025

China-Filipina Bentrok di Laut China Selatan

Manila, MISTAR.ID

Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin mengatakan, akibat aksi China menghalangi dan mengarahkan meriam air kepada dua kapal Filipina di Second Thomas Shoal, kawasan Laut Cina Selatan (LCS) membuat kapal Filipina batal melaksanakan misinya.

“China tidak memiliki dasar hukum di kawasan dan sekitarnya. Mereka harus hengkang dan mundur,” kata Locsin dalam pernyataan, Kamis (18/11/21).

Locsin mengingatkan China bahwa kapal umum Filipina dilindungi oleh Kesepakatan Pertahanan Bersama Filipina dan Amerika Serikat (AS). Ia juga menyampaikan peringatan yang paling tegas kepada Duta Besar China di Manila, berisi “kemarahan, kecaman, dan protes atas insiden tersebut.”

Baca Juga:Kekayaan Global Meningkat, China Geser AS Sebagai Negara Terkaya Dunia

Locsin menambahkan, “Kegagalan untuk menahan diri ini mengancam hubungan istimewa antara Filipina dan Cina.” Padahal, katanya, hubungan itu dipupuk oleh Presiden Filipina Rodrigo Duterte dan Presiden China Xi Jinping.

Saat berita ini dituliskan, Reuters masih belum menerima tanggapan dari Kedubes China di Manila. Namun di Beijing, China, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan, China menunjunjung tinggi kedaulatan negeranya. Tindakan kapal China dilakukan setelah kapal Filipina memasuki perairan China pada malam hari, tanpa izin.

Dalam insiden itu, kedua kapal Filipina sedang dalam misi membawa pasokan logistik untuk pasukannya di Second Thomas Shoal, LCS. Atol tersebut terletak antara Provinsi Palawan dan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Filipina yang diakui secara internasional.

Di Manila, Penasihat Keamanan Nasional Filipina Hermogenes Esperon mengatakan, dua kapal penjaga perairan milik China kemudian menghalangi dua kapal Filipina yang berbadan kayu. Satu kapal China lainnya, kata Esperson, “kemudian menyemprotkan air kepada dua kapal Filipina tersebut selama satu jam.” Akibatnya, salah satu kapal Filipina oleng.

Meriam air adalah alat penyemprot yang mampu menembakkan air dengan kekuatan tinggi. Biasanya, alat ini digunakan dalam misi pemadaman kebakaran dan pengendalian kerusuhan massa. Namun, meriam air juga dipasang pada badan kapal penjaga perairan China untuk mengusir pihak yang dianggap sebagai penerobos batas wilayahnya.

Baca Juga:Inflasi di China Gila-gilaan Picu kekhawatiran Global

Dalam beberapa pekan terakhir, kehadiran kapal pengintai China juga kian meningkat di sekitar kawasan LCS yang diklaim Filipina. Lokasinya berada di kepulauan Srpatly.

Menurut Esperson, Filipina tidak akan surut langkah dan akan terus mengunjungi Second Thomas Shoal. Namun, Filipina belum berniat mengirimkan angkatan lautnya ke sana. “Kami akan terus mengirimkan pasokan dan kami juga tidak perlu meminta izin kepada siapapun karena itu memang wilayah kami,” katanya.

Esperson mengatakan, Filipina berencana untuk mengerahkan kapal penjaga pantai dan kapal Badan Perikanan Filipina untuk memperkuat pasukannya dan menegakkan hak mengambil ikan di Second Thomas Shoal. Filipina menyebut wilayah itu sebagai Ayungin dan China menyebutnya sebagai terumbu karang Ren’ai.

LCS diperebutkan China, Taiwan, Brunai, Malaysia, Vietnam, dan Filipina. China mengeklaim wilayah paling besar dari LCS. Sejauh ini China telah mengubah tujuh beting di LCS menjadi kapal yang dilindungi rudal, untuk mengukuhkan klaimnnya. Aksinya ini meningkatkan ketegangan di kalangan negara pengeklaim LCS dan pemerintah Barat, termasuk Amerika Serikat.

Pada 1999, Filiipina sengaja menempatkan kapal perang era Perang Dunia II di Second Thomas Shoal, yaitu kapal BRP Sierra Madre. Kapal itu menjadi penanda klaim Filipina dan menjadi tempat bernaung bagi sepasukan kecil marinir Filipina.(antara/hm12)

Related Articles

Latest Articles