Thursday, March 13, 2025
home_banner_first
HUKUM

Mantan Pemain Timnas U-20 Menangis Bacakan Pleidoi: Saya Sangat Menyesal

journalist-avatar-top
Rabu, 12 Maret 2025 18.50
mantan_pemain_timnas_u20_menangis_bacakan_pleidoi_saya_sangat_menyesal

Mantan pemain Timnas U-20, Irfan Raditya, saat membacakan pleidoi di Pengadilan Tipikor pada PN Medan. (f: deddy/mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Irfan Raditya, mantan pemain Tim Nasional (Timnas) Indonesia menangis saat membacakan nota pembelaan (pleidoi) dalam sidang kasus korupsi pembangunan gapura Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) tahun anggaran 2020, Rabu (12/3/2025).

Pria berusia 36 tahun itu mengaku sangat menyesal dan meminta maaf kepada seluruh pihak apabila akibat perbuatannya keuangan negara mengalami kerugian sebesar Rp365 juta.

"Saya meminta maaf dan sangat menyesal atas semua kejadian ini. Dikarenakan tanda tangan saya yang diperintah oleh atasan saya telah menyebabkan kerugian keuangan negara di dalam pembangunan ini," ucapnya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) pada Pengadilan Negeri (PN) Medan.

Mantan pemain PSDS Deli Serdang itu mengaku tidak mendapatkan keuntungan apa pun dari proyek tersebut. Ia mengatakan hanya menjalankan tugas yang diperintahkan oleh atasannya.

"Tapi satu hal yang pasti, saya tidak pernah menerima keuntungannya sedikit pun dari proyek tersebut. Demi Allah saya bersumpah, semua tanda tangan yang saya lakukan atas dasar perintah atasan tanpa saya tahu konsekuensinya," ujar Irfan.

Lebih lanjut, Irfan mengatakan bahwa dirinya sangat mencintai negara ini. Hal itu dibuktikan dengan cara dirinya menjadi pemain sepak bola profesional.

"Apabila saya dibilang merugikan negara, saya memohon maaf, Yang Mulia. Saya terlalu mencintai negara ini, Yang Mulia. Sejak 18 tahun saya telah berjuang untuk negara ini, saya teteskan air mata, keringat, dan darah saya untuk negeri ini," tuturnya.

Selain itu, Irfan pun rela mengorbankan jiwa serta raganya demi mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Dia juga bercerita bahwa dirinya pernah alami patah tulang saat bermain sepak bola untuk Indonesia.

"Saya korbankan tulang saya patah untuk negeri ini. Semua itu hanya untuk memperjuangkan harkat dan martabat negara Indonesia di mata dunia, serta membawa harum bangsa Indonesia di mata internasional. Sekarang saya duduk di kursi pesakitan ini," ujarnya.

Karena dipenjara, Irfan sudah lama tidak bertemu dengan istri dan tiga orang anaknya yang berada di Jakarta. Ia mengaku sangat rindu dengan istri serta anak-anaknya.

"Saya tinggalkan istri dan tiga orang anak yang masih kecil jauh di Kota Jakarta tanpa nafkah, tanpa ada yang menjaga, dan sampai detik ini saya pun belum pernah bertemu dengan mereka dikarenakan jarak dan biaya," ucapnya terisak-isak.

Irfan melanjutkan, orang-orang yang menerima keuntungan dari proyek ini bisa tidur nyenyak di atas kasur yang empuk, tersenyum setiap hari, dan bercengkrama dengan anak serta istrinya setelah selesai tanggung jawabnya membayar kerugian keuangan negara.

"Apakah ini adil untuk saya? Saya hanya meminta keadilan, saya hanya meminta pertolongan, dan saya hanya meminta belas kasih kepada majelis hakim yang mulia untuk meringankan hukuman saya," kata Irfan.

Mantan pemain Arema Malang (sekarang Arema FC) itu pun mengatakan bahwa ia hanyalah orang yang ditumbalkan oleh segelintir orang untuk diproses hukum.

"Saya hanya korban, saya hanya tumbal oleh orang yang sekarang mungkin duduk dengan segelas kopi, karena tanggung jawabnya membayar kerugian negara telah dibayarkan sedangkan yang menerima hukuman badan adalah saya," katanya. (deddy/hm24)

REPORTER: