26.3 C
New York
Wednesday, May 8, 2024

Pulang dari Paris, Sri Mulyani Beri Kabar Buruk: Ekonomi Dunia Tidak Stabil!

Jakarta, MISTAR.ID

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa keadaan perekonomian global masih sangat tidak pasti.

Dalam Konferensi Pers APBN KITA secara virtual di Jakarta, Senin (26/6/23), Sri menyatakan, “Saya baru saja kembali dari Paris, dan memang menggambarkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global masih tidak pasti.”

Ini sesuai dengan prediksi yang dibuat oleh sejumlah lembaga internasional, termasuk IMF, World Bank, dan OECD, yang memperkirakan tahun 2023 akan menjadi tahun yang agak buruk dibandingkan tahun sebelumnya.

“Dan atau bahkan tahun 2021, disebabkan oleh berbagai hal,” kata Sri. Proyeksi pertumbuhan global tahun ini dari World Bank adalah 2,1%, IMF 2,8%, dan OECD 2,7%. “Untuk tahun depan masih sedikit membaik dibandingkan tahun ini, meskipun masih banyak ketidakpastian,” kata Sri.

Baca juga : Politik Vs Ekonomi, Tantangan Besar di Depan Mata Indonesia

Selain itu, proyeksi pertumbuhan perdagangan internasional menunjukkan kelemahan terbesar.

Sri menjelaskan bahwa pertumbuhan perdagangan global hanya 2,4%. Ini jauh lebih rendah daripada pertumbuhan 5,1% tahun lalu, atau bahkan pertumbuhan 10,6% tahun 2021.

Sebaliknya, ketika ekonomi melemah, permintaan global juga menurun, yang berarti inflasi juga akan turun.

Sri menambahkan, “Namun, levelnya masih jauh lebih tinggi dibandingkan masa pandemi, dan ini menunjukkan bahwa pergolakan kebijakan, terutama makro dan moneter, masih akan menjadi tema yang sangat dominan.”

Pertama, eskalasi geopolitik—baik di Ukraina-Rusia maupun di antara negara-negara besar di dunia—merupakan salah satu tanda tekanan ekonomi global yang terus berlanjut.

Sri menyimpulkan, “Ini menimbulkan kecemasan hutang di banyak negara, terutama berbagai negara berkembang dan emerging, dan di negara maju juga menghalangi pemulihan ekonomi. Di beberapa negara, sektor keuangan mengalami kerapuhan, inflasi yang tinggi, dan suku bunga yang tinggi menjadi salah satu faktor yang mengerosi pertumbuhan ekonomi negara tersebut.” (RCTI+, Okezone /hm19)

Related Articles

Latest Articles