11.6 C
New York
Thursday, May 2, 2024

Beras Luar Daerah Lebih Murah, Pengusaha Penggilingan Padi Simalungun Menjerit

Simalungun, MISTAR.ID

Harga beras luar daerah yang lebih rendah membuat para pemilik penggilingan padi di Simalungun mulai ‘menjerit’.

Mian Simatupang, salah seorang pengusaha penggilingan padi di Kecamatan Panei, mengungkapkan hal itu saat ditemui Mistar, Senin (26/2/24).

“Gabah susah didapatkan, ditambah situasi sekarang beras dari luar daerah lebih murah daripada beras dari sini. Jumlah produksi juga berkurang, tidak seperti dulu lagi,” katanya.

Menurut Mian, hingga saat ini dia tetap mempertahakan usaha penggilingan padinya untuk terus beroperasi. Namun, hasil yang didapat tidak seperti tahun sebelumnya.

Baca juga: Bayi Laki-Laki yang Dibuang di Sidamanik Jadi Rebutan Adopsi

Dia pun harus mencari gabah sampai ke Kabupaten Toba agar usahanya tetap berjalan. Saat ini, dia sangat bergantung dari gabah produksi warga pemilik sawah di wilayah kediamannya.

Namun, hal itu tidak banyak menolong. Karena menurut Mian, petani sawah di daerahnya tidak mendapat keuntungan besar walau harga beras sudah melambung naik.

Pasalnya, kualitas panen padi sekarang jauh menurun jika dibanding sebelumnya.

“Musim panen memang sekarang, tetapi kurang bagus kualitas berasnya, tidak jauh beda dengan beras Bulog. Selain itu, gabahnya juga sangat ringan,” katanya.

Mian berasumsi, kebijakan Bulog dalam membebaskan pembelian beras menjadi salah satu penyebab harga beras dari luar daerah lebih murah.

Baca juga: Pemko Medan Diminta Kendalikan Harga Bahan Pangan Jelang Ramadhan

“Misalnya kita di sini menjual Rp300.000, sementara beras dari luar daerah bisa di bawah itu. Makanya bingung juga dengan kondisi sekarang ini. Kemudian saat ini Bulog juga sudah dijual bebas, tinggal ganti baju sudah jadi barang itu,” ungkapnya.

“Ditambah saat ini beras Bulog juga cantiknya luar biasa, makanya mafia berasnya juga meraja-lela,” bebernya lagi.

Dia bilang, harga gabah di Simalungun saat ini sudah kembali normal di angka Rp5.800 sampai 5.900 dari sebelumnya sempat mencapai Rp6.800 per kilogram. (Indra/hm22)

Related Articles

Latest Articles