13.2 C
New York
Tuesday, April 30, 2024

 Minyak Goreng dan Solar Langka, Pengamat: Ekonomi Kita Lagi Kejepit

Medan, MISTAR.ID

Sebelumnya permasalahan minyak goreng yang sempat langka membuat para ibu rumah tangga menjerit. Saat ini masyarakat kembali direpotkan dengan solar yang mulai langka. Walaupun pada dasarnya masih ada terlihat tersedia solar di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

Akan tetapi, menurut pandangan Pengamat Ekonomi Sumatera Utara (Sumut) Gunawan Benjamin, memang mulai terjadi kelangkaan di beberapa waktu tertentu. Namun disejumlah wilayah lainnya, kelangkaan solar terjadi lebih parah di bandingkan wilayah Sumut.

“BBM Solar kalau yang subsidi itu kan kombinasi antara minyak mentah dengan minyak sawit. Sejauh ini kandungan minyak sawit pada solar subsidi itu mencapai 30% sebelumnya. Jadi sisanya adalah minyak mentah. Dimana minyak mentah mapun CPO belakangan ini juga mengalami kenaikan harga yang sangat tajam. Sehingga sejauh ini, harga minyak mentah dunia (jenis WTI) sejak awal tahun saja sudah mengalami kenaikan sekitar 36%,” terang Gunawan pada Mistar, Rabu (30/3/22).

Baca juga:Sebanyak 28 Ribu Ton Minyak Goreng Curah Mulai Dikucurkan Pemerintah

Kalau diawal tahun minyak mentah sempat dikisaran $76 per barel, dikatakan Gunawan saat ini harga minyak mentah dunia dijual dikisaran harga $104 per barel. Tetapi selama tahun 2022 ini, minyak dunia sempat mendekati level $130 per barel nya.

Dan untuk harga CPO sendiri, di awal tahun yang sempat beada diksiaran 5.000 ringgit per ton. Saat ini CPO berada dikisaran 6.000 ringgit per ton, bahkan CPO sempat menyentuh 7.000 ringgit per tonnya. Baik harga minyah mentah dunia maupun CPO itu tren naiknya sudah terjadi sejak tahun lalu.

“Sedari awal saya sudah melihat bahwa harga BBM, untuk semua jenis BBM ini pada dasarnya berpeluang untuk naik harganya. Karena ongkos subsidinya juga semakin besar. Dan pemerintah pada dasarnya juga tidak kuat untuk menopang subsidi. Ditengah anggaran yang mulai terkuras sejak adanya pandemi Covid-19. Sementara itu, kelangkaan solar ini ongkosnya juga bisa lebih mahal dibandingkan jika solar mahal harganya,” terangnya.

Apabila kelangkaan akan berkepanjangan, ini bisa membuat aktifitas ekonomi tersendat atau bahkan terhenti. Dampak buruknya lebih besar dibandingkan jika solar harganya naik tetapi stoknya tercukupi. Inflasi memang bisa naik, tetapi setidaknya ekonomi masih bisa berputar.

“Jadi jangan dibiarkan solar ini langka. Karena kelangkaan ini disisi lainnya juga bisa memicu kepanikan. Yang bisa membuat pelaku usaha maupun masyarakat membeli dalam jumlah besar untuk dijadikan stok. Dan solar ini menjadi BBM motor penggerak industri, termasuk gas disisi lainnya. Ditambah lagi pasokan untuk solar dikurangi di tahun ini, sementara kebutuhannya justru naik,” ungkap Dosen UISU tersebut.

Gunawan memahami bahwa subsidi ini yang membuat harga solar maupun BBM lainnya menjadi terjangkau. Tetapi juga harus faham, bahwa masalah global menjadi pemicu utama meroketnya harga minyak mentah dunia.

Baca juga:SPBU di Sidimpuan Dilarang Jual Solar Pakai Jerigen dan Pembelian Berulang

“Jadi pada dasarnya kita tidak bisa menghindari inflasi. Sepintar apapun pemerintah dalam mengotak-atik anggaran, pada dasarnya tidak ada jalan untuk menghindari dari tekanan. Kita hanya punya opsi yang sangat terbatas, dan pilihan baik dari yang paling buruk saat ini. Dan kita harus bersikap dan mengambil salah satu opsi, yang pada dasarnya kita harus mengorbankan sisi ekonomi lainnya. Ekonomi kita pada dasarnya memang sedang terjepit. Jadi masyarakat harus tahu, dan pemerintah harus mengambil tindakan,” pungkas Gunawan. (anita/hm06)

 

Related Articles

Latest Articles