17 C
New York
Wednesday, May 15, 2024

Kepala BI Siantar Bongkar Masalah Utama UMKM

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Pematangsiantar Teuku Munandar membongkar masalah utama Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di acara pembukaan kegiatan Wirausaha Unggulan Bank Indonesia (WUBI) Bacth (Kelompok) II tahun 2022.

“Berbagai survey dan penelitian, menyebutkan permasalahan utama UMKM adalah Aspek Produksi seperti kualitas, bahan baku dan lainnya, serta akses pemasaran, dan akses pembiayaan,” ujar Teuku dalam acara yang digelar di lantai 5 gedung kantor KPw BI Pematangsiantar, Kamis (31/3/22).

Aspek produksi, kata Teuku, terkait ide/kreativitas bagaimana tampilan produk, variasi (misalnya kripik bisa dibuat berbagai rasa), penamaan produk (pakai istilah yang sedang menarik saat itu. Misal masa pandemi yang berhubungan dengan rempah-rempah).

Baca Juga:Pelaku UMKM Konveksi Sepatu Medan Denai Bentuk Koperasi, Bobby Janji Beri Bantuan

Permasalahan dari sisi aspek produksi, menurut Teuku, juga menyangkut dengan Mindset yang terkesan tidak punya keinginan untuk lebih besar lagi. “Kalau sudah cukup untuk kebutuhan sehari-hari, gak semangat lagi jualannya. Malas berkembang, seumur hidup jadi usaha kecil/mikro terus, nggak naik kelas ke menengah atau besar,” tukasnya.

Selanjutnya masalah akses pemasaran, menurut Teuku, bagi UMKM hal yang paling utama adalah barang laku, karena modalnya terbatas. Kalau barang gak laku, kekuatan modal untuk produksi lagi menjadi berkurang.

“Makanya saat pandemi, yang paling terpukul adalah aspek ini. Omzet berkurang banyak. Survey BI, 93 persen UMKM mengatakan omzetnya berkurang drastis selama pandemi. Sehingga banyak yang gulung tikar. Disinilah peranan masyarakat sangat penting, agar mau mengkonsumsi produk lokal. Dalam kehidupan sehari-hari, tanpa terasa kita terbiasa dengan konsumsi produk impor, atau produk yang diproduksi oleh perusahaan asing yang memiliki pabrik di Indonesia,” bebernya.

Baca Juga:Wali Kota Imbau ASN Pakai Sepatu Produk UMKM Lokal, Begini Respon DPRD

Di acara itu, BI Pematangsiantar memberikan souvenir produk UMKM. “Harapan kami, nantinya bila penerima souvenir tertarik dengan produk UMKM tersebut, akan memesan kembali, dan semakin banyak orang yang mengkonsumsi produk tersebut. Dengan membeli produk lokal, maka kita membantu membesarkan UMKM. Dengan kita membeli produknya, maka UMKM atau perusahaan lokal bisa memiliki kemampuan untuk mengembangkan usahanya, melakukan inovasi, dan lainnya,” paparnya.

Pada kesempatan itu, Teuku mencontohkan negara Korea Selatan (Korsel) dan China. “Inilah yang terjadi di Korsel dan China. Dimana produk lokal mereka seperti merk Samsung yang awalnya tertinggal dari produk Jepang, kini menjadi raksasa elektronik dunia. Semua berkat keberpihakan masyarakat setempat membeli produk dalam negeri. Tahun 2019 pendapatan Samsung menjadi terbesar di dunia, mencapai hampir Rp2.900 triliun,” ungkapnya.

Untuk itu, pihaknya mendukung dan mengapresiasi apabila ada Pemerintah Daerah (Pemda) yang mewajibkan Aparatur Sipil Negara (ASN) memakai pakaian lokal di hari tertentu, dan pengadaan perabot, snak rapat, souvenir juga memakai produk lokal. Bahkan bisa juga Pemda mengimbau pengusaha hotel dan restoran menggunakan produk lokal, misalnya kopi, sabun, sandal dan lainnya.

“Kalau bukan kita, siapa lagi yang pakai produk lokal. Nantinya kalau sudah besar seperti Samsung, barulah masyarakat luar yang menggunakannya,” ujar Teuku yang kemudian membongkar permasalahan utama UMKM lainnya.

Baca Juga:Produk UMKM Masuk E-Katalog, Bisa Hilangkan Praktek KKN

“Permasalahan ketiga adalah dari sisi akses pembiayaan. Mayoritas sumber pembiayaan UMKM memang masih dari perbankan. Sekarang dengan program KUR, akses pembiayaan menjadi lebih terbuka. Jadi keliru bila ada yang bilang perbankan enggan menyalurkan kredit/pembiayaan. Namun memang dalam aktivitas pembiayaan, perbankan harus berhati-hati. Karena uang di bank adalah uang masyarakat, bukan uang pemilik bank,” ungkapnya.

Kondisi yang sering terjadi, kata Teuku, adalah adanya asymmetric information, atau informasi yang tidak terhubung antara bank dan calon debitur. Bank ingin mengetahui kondisi keuangan, cash flow, dan perkembangan usaha UMKM, tapi datanya tidak ada, karena UMKM tidak melakukan pembukuan dengan baik. Sehingga bank sulit melakukan analisa kelayakan pembiayaan.

Mencermati ketiga masalah utama itu, kata Teuku, BI melakukan berbagai upaya untuk membantu UMKM agar dapat meningkatkan kapasitas, serta memperluas akses pemasaran dan pembiayaan. Salah satunya adalah dengan program Wirausaha Bank Indonesia (WUBI).

Selanjutnya Teuku menyampaikan, dalam Program WUBI Batch II tahun 2022, dari sekitar 100 peserta yang mendaftar, BI hanya memilih 20 sampai 30 peserta, yang telah lulus seleksi. Peserta berasal dari Pematangsiantar, Simalungun, Batubara, Asahan, Labuhanbatu Utara, dan Labuhanbatu. Jenis usaha dengan sub sektor Kuliner (makanan/minuman), Fashion (pakaian/kain), dan Kerajinan/Kriya.

Baca Juga:Wali Kota Janji OPD akan Beli Produk Sepatu UMKM Medan Denai

Pada WUBI Batch II tahun 2022, kata Teuku, BI mengundang pimpinan instansi vertikal, BUMN, perbankan. “Semoga dengan sinergi dan kolaborasi berbagai pihak yang dipimpin oleh Pemerintah Daerah, UMKM di Kota Pematangsiantar dapat semakin berkembang dan maju,” ujar Teuku yang menutup sambutannya dengan sebuah pesan dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menpaekraf), Sandiaga Uno.

“Beliau bilang, ‘enterpreuneurship/wirausaha itu bukan profesi, melainkan sebuah mindset. Yakni mindset yang terdiri dari kerja keras, sikap hidup optimis, inovatif, kreatif, serta leadership’. Jadi bila UMKM tidak punya mindset seperti itu, berarti bukan UMKM. Inilah nanti yang akan diberikan Coach (Pelatih) Marioto dan tim selama 6 bulan,” tutupnya. (ferry/hm12)

Related Articles

Latest Articles