Bank Dunia Ingatkan Negara Berkembang Siap-siap Hadapi Tantangan Ekonomi
Ilustrasi. (f: ist/mistar)
Jakarta, MISTAR.ID
Bank Dunia memperingatkan bahwa negara berkembang akan menghadapi tahun-tahun yang lebih sulit di masa mendatang. Pertumbuhan global yang terlalu lambat untuk meningkatkan standar hidup dan ketidakpastian kebijakan yang tinggi akan menghalangi investasi dari negara maju ke negara berkembang.
Berdasarkan laporan Global Economic Prospects yang dirilis Bank Dunia, Jumat (17/1/25), prospek pertumbuhan jangka panjang bagi negara-negara berkembang adalah yang terlemah sejak awal abad ini.
Bank Dunia menyebutkan bahwa jumlah negara yang akan beralih dari status berpenghasilan rendah ke berpenghasilan menengah dalam 25 tahun ke depan akan sangat rendah. Hal ini berarti ratusan juta orang akan tetap terperosok dalam kemiskinan ekstrem, kelaparan, dan kekurangan gizi.
“Negara-negara berkembang, yang memulai abad ini dengan tujuan menutup kesenjangan pendapatan dengan negara-negara terkaya, kini sebagian besar semakin tertinggal,” ujar Kepala Ekonom Bank Dunia, Indermit Gill, dalam laporan yang dikutip dari Bloomberg.
Bank Dunia memproyeksikan perekonomian dunia tumbuh 2,7% pada 2025 dan 2026, tidak berubah dari proyeksi sebelumnya pada bulan Juni. Angka tersebut berada di bawah rata-rata 3,1% sebelum pandemi Covid-19, yang terlalu lemah untuk membantu negara-negara miskin mengejar ketertinggalan dari negara-negara kaya.
Bank Dunia menyebutkan bahwa sebagian besar negara berkembang menghadapi tantangan, termasuk investasi yang lemah, peningkatan produktivitas yang rendah, populasi yang menua, dan krisis lingkungan. Perekonomian global juga menghadapi tantangan lebih lanjut dari pergeseran kebijakan perdagangan dan ketegangan geopolitik.
Perang Rusia di Ukraina sejak 2022 dan perang Israel melawan Hamas dan Hizbullah sejak tahun lalu telah berdampak pada ekonomi global melalui gangguan pada komoditas dan rantai pasokan, sementara meningkatnya persaingan antara AS dan China telah menciptakan tekanan dalam perdagangan global.
Sementara itu, Presiden terpilih AS, Donald Trump, berjanji untuk mengenakan tarif baru yang mengancam akan mengubah pola perdagangan dan berpotensi memicu inflasi.
Bank Dunia juga mencatat bahwa negara-negara pasar berkembang dan negara berkembang — termasuk China, India, dan Brasil — telah menyumbang sekitar 60% pertumbuhan global sejak 2000, dua kali lipat dari kontribusi mereka pada tahun 1990-an. Namun, mereka kini menghadapi ancaman eksternal dari langkah-langkah proteksionis dan fragmentasi geopolitik, serta hambatan dalam menerapkan reformasi struktural.
Laju pertumbuhan negara-negara berpendapatan rendah — negara dengan pendapatan nasional bruto per kapita sekitar US$3 per hari — untuk mencapai status negara berpendapatan menengah telah terhenti. Meski 39 negara tercatat 'naik kelas' sejak 2000, masih ada 26 negara yang mengalami stagnasi akibat pertumbuhan yang lemah, kekerasan dan konflik, serta dampak perubahan iklim yang meningkat.
“Negara-negara ekonomi berkembang seharusnya tidak memiliki ilusi tentang perjuangan yang akan datang. 25 tahun ke depan akan menjadi perjuangan yang lebih berat daripada 25 tahun terakhir,” ujar Gill. (mtr/hm24)
PREVIOUS ARTICLE
Paus Fransiskus Cedera Lengan Pasca Jatuh