SMAN 1 Dolok Masihul Implementasikan Mitigasi Perubahan Iklim


Para siswa membawa bibit pohon yang akan ditukarkan dengan tumbler. (f: ist/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Dolok Masihul mengimplementasikan program “One Tumbler One Tree: Mitigasi Perubahan Iklim Melalui Botol Minum”, sebagai bagian dari tahap kedua rangkaian lomba Climate Change School Challenge Contest (CCSCC). Program ini merupakan aksi nyata dalam menjawab tantangan perubahan iklim.
Siswa yang membawa bibit pohon akan diberi botol minum sebagai tanda komitmen untuk mengurangi pemakaian sampah plastik dan memperbanyak penanaman pohon sebagai media reduksi karbon.
“Saya mengajak seluruh siswa/siswi SMAN 1 Dolok Masihul, berperan aktif dalam melestarikan lingkungan hidup dan aktif melakukan upaya pengurangan emisi karbon agar keberlangsungan hidup terus berlanjut baik,” kata Gundur Pulungan, Kepala Sekolah SMAN 1 Dolok Masihul, Senin (5/5/2025).
SMAN 1 Dolok Masihul sebelumnya meraih nilai tertinggi yakni 82,4, dalam kompetisi CCSCC tingkat SLTA se-Indonesia. Tim pelaksana terdiri dari Ermala Yasnita Silalahi sebagai ketua tim, bersama Deo Haikel Purba, Lestari Grace Marcia Butar-Butar, Jhon Fernandes Gultom, Fatih Al Zahran Rangkuti, dan guru pembimbing Bismi Amrina.
Selain SMAN 1 Dolok Masihul, SMA Negeri 1 Serbajadi di Pulau Tagor, Kabupaten Serdang Bedagai, juga turut mengimplementasikan program mereka yang berjudul “Pertanian Vertikultur, Solusi Pemanfaatan Sampah Menjadi Kompos dan Pemanfaatan Lahan Sempit di SMAN 1 Serbajadi”.
Proyek yang memanfaatkan rak bertingkat untuk menanam berbagai jenis sayuran seperti sawi, kangkung, gambas, terong, cabai, dan tomat itu, menggunakan kompos organik dan pestisida nabati.
Ketua Tim SMAN 1 Serbajadi, Zahra Farizka Nasution, dibantu oleh M Anif Sugara, Meri Dwi Utari, Sumihar Mauli Tua Pardede, serta Dafa Syahreza Lubis, dan guru pembimbing Sasmita Sitohang, tengah aktif menjalankan implementasi program di lingkungan sekolah.
Ketua Panitia Nasional CCSCC, Kustiwa Adinata, mengatakan bahwa kegiatan ini sangat penting, karena generasi Z dan Alfa merupakan kunci dalam transisi menuju net-zero emission 2060.
“Mereka diharapkan aktif dalam mengurangi gas rumah kaca (GRK), mendukung transisi energi, dan menciptakan solusi inovatif,” katanya.
Kompetisi CCSCC adalah bagian dari Rural Youth Climate Action Movement (RYCAM) atau Gerakan Asli Iklim Pemuda Pedesaan, program kerja sama antara organisasi non-pemerintah Indonesia dengan lembaga internasional, termasuk The Centre for Rural Development (SLE) Humboltd University of Berlin, Jaringan Masyarakat Tani Indonesia (JAMTANI), dan Yayasan BITRA Indonesia selaku pelaksana wilayah barat Indonesia.
Menurut Wakil Direktur BITRA Indonesia, Iswan Kaputra, implementasi program ini merupakan tahap kedua dari empat tahap dalam rangkaian CCSCC.
Satu dari dua pemenang tingkat Sumut akan diundang ke Konferensi Pemuda Indonesia untuk mengatasi perubahan Iklim yang akan digelar di Bali.
“Hasil dari Bali, sedikitnya akan dipilih 2 orang pemuda untuk mewakili Indonesia dalam World Youth Climate Change Conference yang akan diselenggarakan tahun 2026 yang akan datang,” ucapnya. (susan/hm24)
PREVIOUS ARTICLE
34 Siswa SMAN 1 Matauli Pandan Raih Sertifikat Bahasa Jerman