12.6 C
New York
Saturday, April 27, 2024

Penemuan ‘Burung Teror’ Sebagai Predator Puncak di Antartika

Antartika, MISTAR.ID

Belum lama ini para ahli mendapati fosil burung raksasa di Antartika yang disebut Burung Teror.

Sisa purba itu menampilkan burung ini mungkin setinggi 2 meter dan sebagai predator puncak di benua beku sekitar 50 juta tahun lalu.

Dirangkum dari IFL Science, pada Rabu (13/3/24), penemuan ini begitu krusial, sebab memberikan pengetahuan baru tentang evolusi burung dan ekosistem Antartika di masa lampau.

Baca juga:Ratusan Burung Perkici Jatuh dari Langit

Anda dapat dimaafkan apabila membayangkan penguin kecil yang lucu saat mendengar burung tak bisa terbang dan Antartika. Namun penelitian teranyar membawa kita kembali ke 50 juta tahun lalu, di mana makhluk yang jauh lebih menakutkan hidup di benua yang saat itu lebih hangat burung teror.

Carolina Acosta Hospitaleche dan timnya tengah menggali Formasi La Meseta endapan sedimen dari zaman Eosen di Pulau Seymour, Antartika kala mereka menemukan sesuatu yang tidak lazim.

Temuan mereka adalah fosil kaki burung raksasa yang tidak dapat terbang, disebut burung teror Antartika. Burung ini jauh lebih besar dari penguin, dengan tinggi sekitar 2 meter dan bobot hingga 150 kilogram.

Baca juga:Mengenal Burung yang Bangun dari Kepunahan

Cakarnya yang kuat dan paruh besarnya menampilkan jika burung ini sebagai predator puncak di ekosistemnya. Penemuan ini menunjukkan jika Antartika mempunyai iklim yang jauh lebih hangat di masa lampau, cukup untuk mendukung burung besar yang tidak bisa terbang.

Hal ini juga menyiratkan jika evolusi burung teror lebih kompleks daripada yang diprediksi sebelumnya. Studi ini masih berlangsung dan para ilmuwan berharap bisa menemukan lebih banyak fosil untuk mempelajari lebih lanjut tentang burung teror Antartika.

Penemuan Burung Teror menyatakan jika Antartika pernah mempunyai ekosistem yang lebih beragam dan dinamis daripada dibayangkan sebelumnya. Burung ini adalah contoh luar biasa dari evolusi burung dan menunjukkan bagaimana mereka beradaptasi dengan beberapa kondisi lingkungan. (sdnws/hm16)

Related Articles

Latest Articles