5.8 C
New York
Friday, April 26, 2024

Pentingnya Skrining HIV/AIDS Pada Ibu Hamil, Cegah Penularan ke Bayi

Medan, MISTAR

Pentingnya skrining HIV/AIDS pada ibu hamil selain mengetahui secara dini apakah ibu positif maka dengan cepat bisa mencegah penularan infeksi tersebut kepada bayinya.

Hal ini disebutkan Ketua Yayasan Peduli Anak Dengan HIV/AIDS (YP ADHA), Saurma MGP Siahaan. Sebab faktor utama anak tertular HIV/AIDS atau ADHA ini mayoritas tertular dari sang ibu.

“Kami bersama PKK juga selalu berusaha membahas ibu hamil untuk melakukan skrining HIV/AIDS. Kami maunya ibu hamil benar-benar diperiksa. Namun kebanyakan saat ibu hamil diminta skrining HIV/AIDS ini ada suatu beban bagi mereka. Padahal ini bukan beban namun suatu bentuk pencegahan,” katanya dalam diskusi mengenai penanganan ADHA di Kota Medan bersama Mitra Stakeholder dan CSO, Rabu (25/10/23).

Baca juga:Kasus HIV/AIDS Tinggi di Medan, Pengamat Kesehatan: Ibarat Gunung Es

Diceritakan Saurma, pernah ada kasus yang dijumpai pihaknya seorang ibu tidak mengetahui bahwa ternyata dia terpapar HIV/AIDS yang akhirnya menularkan pada bayinya.

“Si ibu kala itu menangis karena tidak ada pengetahuan tentang pencegahan penularan virus itu kepada bayinya. Karena bila sudah terdeteksi pencegahan yang bisa dilakukan agar bayinya tidak tertular diantaranya ibu hamil bisa melahirkan dengan operasi caesar lalu tidak menyusui anak secara langsung,” jelasnya.

Sehingga, dalam hal ini sangat dibutuhkan sosialisasi yang lebih luas lagi untuk menekan angka penularan HIV/AIDS pada anak. “Kita harapkan seluruh pihak dan media juga bisa memberikan sosialisasi ini,” harapnya.

Baca juga:Terkait HIV/AIDS, Sahiva USU Rutin Gelar Edukasi Preventif ke Mahasiswa

Pada saat ini, ada sebanyak 132 anak yang didampingi oleh YP ADHA. Ratusan ADHA ini menjalani hidupnya persis dengan anak-anak lainnya. Hanya saja pembedanya mereka mengkonsumsi obat.

“Anak-anak ini juga mendapatkan pendidikan bagi yang sudah bisa sekolah. Bahkan ada anak yang berprestasi di sekolahnya. Memang sejauh ini ada anak yang sudah mengetahui statusnya dan ada yang tidak. Karena tidak mudah mengungkapkan status tersebut pada anak-anak,” ungkapnya.

Untuk pemberian gizi pada ADHA disebutkan Saurma mereka memiliki program yang didukung oleh APBD dan sudah di jalankan ke anak-anak ini. “Gizi pada anak ini bisanya kita salurkan dalam bentuk beras, susu, ada juga madu dan lainnya. Itu kami harapkan bisa mendukung gizi anak-anak tersebut. Dan, ada juga donasi dari donatur kita serahkan bantuan juga ke mereka,” sebutnya.

Baca juga:Sepanjang 2022, Ada 21.023 Kasus HIV/AIDS di Sumut, Tertinggi di Kota Medan

Saat ditanyakan, kenapa di Medan atau Sumut tidak memiliki Rumah Khusus ADHA. Saurma menjabarkan bahwa  Rumah Khusus Adha memang sudah pernah disampaikan dalam bentuk rumah Aman dengan Pemko Medan di masa jabatan Wali Kota Abdillah dan sudah melakukan MoU.

“Masa itu dalam dampingan kita angka Adha tertinggi. Namun, akhirnya tindak lanjut itu putus karena wali kota Medan bermasalah. Nah, untuk di provinsi kami juga berusaha. Namun, kita dapat arahan dari provinsi sebaik-baiknya yang mengurus Adha ini adalah keluarganya. Jadi kalau dikumpulkan mereka tidak nyaman. Seperti ada diskriminasi,” jelasnya.

“Sehingga keluargalah yang jadi penguatnya. Kita tetap mendampingi bila ada kendala di pelayanan, identitas dan BPJS Kesehatannya. Akan tetapi, kita bersinergi dengan Rumah Singgah Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Sumut bila ada ADHA yang butuh rumah singgah kita titipkan di sana. Karena dua dari ADHA juga pengidap kanker,” pungkasnya. (anita/hm17)

Related Articles

Latest Articles