16.4 C
New York
Monday, April 29, 2024

Senandung Rindu Raja Marsundung Simanjuntak

Balige, MISTAR.ID

Alunan lagu berjudul “Andung Ni Raja Marsundung” ciptaan Jamres Simanjuntak terdengar syahdu saat perjalanan menuju Kota Balige, Kabupaten Toba.

“Ngali-ngalian ma ahu Raja Marsundung on, dang adong nanggo sada batu tanda di simajujung hi, hape gabe do ahu sahat tu sadari on, asa satolop hamu sasude pinompar hi, ingkon sangap ma ahu bahen hamu ahu Raja Marsundung on”

Penggalan lirik lagu bernada ratapan tersebut menyiratkan pesan kerinduan yang amat dalam, agar keturunan sang raja yakni: Raja Parsuratan, Raja Mardaup, Raja Sitombuk, serta Raja Hutabulu, bersatu untuk memuliakan dan menegakkan kewibawaannya, setelah hampir lima ratus tahun tak ada satu pun pertanda yang menunjukkan jejak kebesaran sejarah dalam kehidupan Raja Marsundung.

Memang sudah menjadi rahasia umum selama ini, jika hubungan Raja Parsuratan sebagai putra sulung Raja Marsundung Simanjuntak, kurang harmonis dengan ketiga adik-adiknya. Hampir lima ratus tahun kondisi ini berlangsung.

Melihat situasi itu, Jamres Simanjuntak sebagai salah satu keturunan Raja Parsuratan, membulatkan tekad untuk mencoba menyatukan keturunan Raja Marsundung Simanjuntak.

Baca Juga:Pardomuan Simanjuntak Tuding Musyawarah dan Bona Taon PSSSI & B Pematangsiantar Tidak Sah!

Jamres Simanjuntak, Ketua Umum Pembangunan Tugu Raja Marsundung Simanjuntak. (luhut/mistar)
Jamres Simanjuntak, Ketua Umum Pembangunan Tugu Raja Marsundung Simanjuntak. (luhut/mistar)

Berbagai upaya pun dilakukan pria yang kini bermukim di Provinsi Papua ini. Hingga pada tahun 2017 lalu, akhirnya digelar pertemuan tokoh marga Simanjuntak dari garis keturunan Raja Parsuratan di Tebet, Jakarta Timur. Salah satunya adalah Prof. DR.Midian Simanjuntak.

Saat itu ide untuk menyatukan keempat keturunan Raja Marsundung dengan membangun Tugu Raja Marsundung Simanjuntak, banyak mendapat penolakan mengingat ‘luka lama’ yang sudah diwariskan secara turun temurun kepada setiap generasi.

Sebagian peserta rapat mengusulkan agar dibentuk Yayasan Raja Marsundung Simanjuntak, sebagai wadah persatuan keempat keturunan Raja Marsundung. Jadi bukan berupa pembangunan tugu.

Namun Jamres memberi argumentasi, dari garis keturunan Sibagot Ni Pohan, hanya Raja Marsundung Simanjuntak yang tidak punya tugu yang menandakan kebesarannya sebagai raja.

Baca Juga:Pardomuan Nauli Kembali Dipercaya Sebagai Ketua Umum PSSSI & B Kota Pematangsiantar Periode 2022-2027

Sekedar mengingatkan, Sibagot Ni Pohan memiliki empat putra. Dalam perkembangannya, keturunan Sibagot Ni Pohan mengklasifikasikan diri ke dalam 12 marga yakni: Keturunan Tuan Sihubil menurunkan marga Tampubolon, keturunan Tuan Somanimbil menurunkan marga Siahaan, Simanjuntak dan Hutagaol.

Kemudian keturunan Tuan Dibangarna menurunkan marga Panjaitan, Silitonga, Siagian dan Sianipar, serta keturunan Sonak Malela menurunkan marga Simangunsong, Marpaung, Napitupulu dan Pardede.

“Dari 12 marga tersebut, hanya Raja Marsundung yang menurunkan marga Simanjuntak yang belum mempunyai tugu. Kondisi ini sudah berlangsung hampir lima abad,” sebut Jamres Simanjuntak saat diwawancarai Mistar pada 13 Maret  2022 lalu di Kota Balige, Kabupaten Toba.

Pelan namun pasti, akhirnya ide pria yang memperistri Boru Siahaan ini diterima. Januari 2018, tekad keturunan Raja Parsuratan se-dunia untuk membangun Tugu Raja Marsundung Simanjuntak dituangkan dalam sebuah nota kesepakatan bersama.

Sebagai langkah pertama, nota kesepakatan ini disampaikan kepada dua Ketua Parsadaan Simanjuntak Sitolu Sada Ina dohot Boru (PSSSI & B). Masing masing kepada Ketua PSSSI & B Jakarta, sedangkan satu lagi Ketua PSSSI & B di Bona Pasogit atau kampung halaman, tepatnya di Kota Balige.

Apa daya, hingga tiga bulan setelah dikirimkan, nota kesepakatan tersebut tak mendapat respon sama sekali. Namun situasi ini tak mematahkan semangat Jamres. Dia pun mencoba menemui secara pribadi keturunan Raja Mardaup, Raja Sitombuk dan Raja Hutabulu yang tergabung dalam wadah PSSSI & B tersebut.

“Saya berusaha menemui keturunan Raja Mardaup, Raja Sitombuk dan Raja Hutabulu secara pribadi, bukan secara organisasi. Tujuannya untuk menyatukan persepsi pembangunan tugu ini,” kata Jamres.

Upaya itu akhirnya mendapat respon positif. Bulan Oktober 2018, diadakan pertemuan akbar di Gedung Sebaguna HKBP Balige. Saat itu hadir sekitar 1.500 orang keturunan Raja Marsundung, plus keturunan Boru Na Ompon (Saudara perempuan Raja Mardaup, Sitombuk dan Hutabulu, red).

Baca Juga:Panglima Hunjuk Mayjen Maruli Simanjuntak Jadi Pangkostrad, Ternyata Menantu Luhut

Klop! Akhirnya rencana pembangunan tugu itu disepakati. Pada 19 Desember 2018, peletakan batu pertama Tugu Raja Marsundung Simanjuntak pun dilakukan di Desa Parsuratan, Balige. Saat itu hadir keempat keturunan Raja Marsundung Simanjuntak plus boru.

Acara juga dihadiri Tulang Limbong, Hula Hula Hasibuan, Sihotang, serta Boru Sihabolonan Sirait Namora Jogi. Tak ketinggalan, marga Siahaan serta Hutagaol, sebagai abang dan adik marga Simanjuntak juga turut hadir.

Acara peletakan batu pertama tersebut berlangsung dengan sukses. Panitia untuk kelanjutan pembangunan tugu pun dibentuk.

“Namun belakangan akibat kendala teknis, sehingga kelanjutan pembangunan tugu sempat mandek. Situasi diperparah dengan munculnya Covid-19 hingga masuk masa pandemi. Pembangunan tugu pun sempat vakum dua tahun lebih,” ungkap Jamres.

Namun hambatan itu tidak menjadikan lelaki yang berkecimpung di dunia bisnis ini patah arang. Melalui mandat kepanitiaan di Bona Pasogit, Januari 2022, kepanitiaan baru pun dibentuk.

Jamres dipercaya sebagai Ketua Umum Pembangunan Tugu Raja Marsundung Simanjuntak, dibantu Pardomuan Nauli Simanjuntak sebagai Ketua Pelaksana Pembangunan, serta Daud Simanjuntak selaku Sekretaris Umum.

Kepanitiaan juga didukung empat Kepala Desa yang merupakan wilayah sebaran keturunan Raja Marsundung Simanjuntak. Keempatnya adalah Sumartin Simanjuntak  (Parsuratan Nomor 15) selaku Kepala Desa Parsuratan, Selamat Simanjuntak (Mardaup Nomor 14) selaku Kepala Desa Sigumpar, Holong Simanjuntak (Sitombuk Nomor 16) Kepala Desa Tampahan, serta Haposan Simanjuntak (Hutabulu Nomor 15) selaku Kepala Desa Hutabulu Mejan.

Tahap Dua

Jamres melanjutkan, progres pembangunan Tugu Raja Marsundung Simanjuntak hingga saat ini sudah mencapai sekitar 50% dan sudah memasuki tahap kedua, yakni pembangunan pilar.

Sketsa atau rancangan Tugu Raja Marsundung Simanjuntak (f:luhut/mistar)
Sketsa atau rancangan Tugu Raja Marsundung Simanjuntak (f:luhut/mistar)

“Pembangunan tugu ini ditargetkan akan tuntas akhir 2022 ini. Kami dari Panitia Pembangunan Tugu Raja Marsundung Simanjuntak memohon dukungan moril maupun materi lintas kasih dan persaudaraan bagi setiap keturunan Raja Marsundung dimana pun berada untuk menuntaskan pembangunan ini” sebutnya.

“Untuk itu panitia membuka dompet donasi yang dapat dikirimkam melalui rekening bank atas nama panitia bagi siapa pun keturunan Raja Marsundung Simanjuntak  yang tergerak hatinya ingin ikut memberi sumbangsih berupa materi maupun tenaga dan pemikiran. Jangan biarkan hanya kami yang bekerja karena tugu ini menjadi lambang kebesaran bagi Raja Marsundung Simanjuntak dan semua keturunannya,” imbuh Jamres.

“Raja Marsundung mempunyai keturunan yang sangat banyak dan tersebar di seluruh penjuru. Raja Marsundung adalah bapak dari marga Simanjuntak. Pembangunan tugu ini murni sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan bagi Raja Marsundung. Panitia juga siap berdiskusi dan menerangkan tujuan pembangunan tugu ini. Yang pasti, jika tak bisa membantu, setidaknya jangan menghalangi pembangunan Tugu Raja Marsundung Simanjuntak,” tegas Jamres.

Bukan Penyatuan Adat

Tak bisa dipungkiri, pembangunan tugu ini masih menuai pro-kontra di antara keturunan Raja Marsundung Simanjuntak di seluruh penjuru dunia.

Menanggapi persoalan ini, Jamres Simanjuntak dengan tegas menyatakan pembangunan tugu ini tak bermaksud menyatukan pelaksanaan adat bagi keturunan Raja Marsundung Simanjuntak.

“Pembangunan tugu ini juga tak bermaksud menyatukan saring-saring (Tulang-belulang,red) Raja Marsundung dengan boru Hasibuan dan Boru Sihotang dalam satu wadah,” sebutnya.

“Tugu ini murni penghargaan dan penghormatan kepada orang tua kita Raja Marsundung Simanjuntak yang keturunannya tersebar di seluruh penjuru dunia dengan segala kesuksesannya. Tugu ini sebagai pertanda bahwa Raja Marsundung Simanjuntak adalah raja besar dan terberkati!” tukas Jamres.

Namun Jamres tak menampik, jika kelak pembangunan tugu ini berjalan sukses, keturunan Raja Marsundung dapat bersatu dalam kehidupan sosial dan budayanya.

“Itu sebuah proses panjang. Jika kelak suatu saat keturunan Raja Marsundung dapat bersatu dalam kehidupan sosial dan budaya atau adat-istiadat, kita harus syukuri. Pembangunan tugu ini menjadi warisan budaya bagi generasi kita selanjutnya,” terang Jamres.

Filosofi Tugu

Lalu seperti apa nilai filosofi yang terkandung dalam rancangan bangunan Tugu Raja Marsundung Simanjuntak?

Pardomuan Nauli Simanjuntak, selaku Ketua Pelaksana Pembangunan Tugu menerangkan, Tugu Raja Marsundung terletak di atas lahan seluas satu rante atau 20×20 m. Tugu itu sendiri memiliki lebar 10×10 meter dan tinggi 12 meter. Bangunan ini sendiri diperkirakan akan menelan dana sekitar Rp3 miliar.

Pardomuan Nauli Simanjuntak, Ketua Pelaksana Pembangunan Tugu Raja Marsundung Simanjuntak (ist/mistar)

“Bangunan tugu ditopang empat pilar utama. Keempat pilar ini menggambarkan empat keturunan Raja Marsundung yakni Raja Parsuratan, Raja Mardaup, Raja Sitombuk, serta Raja Hutabulu,” ungkap Pardomuan.

“Soal ketinggian tugu yang mencapai 12 meter, itu menggambarkan 12 marga dari garis keturunan Si Bagot Ni Pohan,” imbuhnya.

Pardomuan juga menjabarkan, di lokasi tugu nantinya akan dibangunan toilet dan taman, agar para pengunjung yang datang kelak untuk berziarah atau sekedar jalan-jalan, merasa nyaman.

Tak lupa, pria yang berdomisili di Kota Siantar ini, meminta dukungan moral maupun material dari seluruh keturunan Raja Marsundung Simanjuntak dimana pun berada.

“Tugu ini kelak akan mengingatkan persaudaraan yang erat di antara keturunan Raja Marsundung dan menjadi penanda bahwa Raja Marsundung Simanjuntak adalah raja yang sudah menyandang hamoraon (kekayaan,red), hagabeon (punya putra-putri,red) dohot hasangapon (kemuliaan,red),” tutup Pardomuan. (luhut/hm01)

Related Articles

Latest Articles