10.7 C
New York
Monday, May 6, 2024

Wisata Edukasi di Siantar, Cocok untuk Menikmati Liburan Sekolah

P. Siantar, MISTAR.ID
Liburan sekolah naik kelas telah tiba, hampir satu bulan lamanya. Pastinya kamu lagi sibuk membuat daftar tempat yang paling asik untuk dikunjungi.

Agar tidak kehilangan makna berlibur namun juga tetap bermanfaat buat para pelajar, hal yang paling menarik adalah mencari tempat yang adem, kaya kuliner juga wisata yang memberikan edukasi bagi pelajar.

Di mana lagi kalau bukan di Kota Pematang Siantar. Karena di Kota ini kamu akan dimanjakan dengan pusat kuliner yang tidak membuat kantong kamu tipis, panoramanya yang indah dan ada banyak wisata edukasi yang bisa menambah wawasan kamu.

Baca juga: Libur Sekolah Tiba, Baca 5 Tips Berwisata Bersama Anak

Selain Kota Pematang Siantar dekat dengan sejumlah objek wisata seperti kebun teh Sidamanik, Kebun Binatang terbesar no 2 di Indonesia, sejumlah taman yang asri. Di Kota ini juga banyak sekali objek wisata edukasi yang bisa menambah wawasan.

1. Tugu Raja Siantar
Tugu Raja Siantar terletak di Jl. Pematang Kota Pematang Siantar yang diresmikan pada tahun 1982. Tugu ini merupakan Tugu Raja Sang Nauluh Damanik (Raja Siantar) yang memerintah kerajaan siantar dari tahun 1862-1904. Sang Raja kemudian ditangkap belanda dan diungsikan ke Bengkalis dan wafat pada Tahun 1914. Tugu ini dibuat dengan ornamen Keislaman sesuai dengan agama yang dianut oleh Raja Siantar.

Jerat atau Jorat, pemakaman keluarga Raja Sangnaualuh di Jalan Pamatang, Kelurahan Simalungun, Kota Pematangsiantar

f:ist/mistar

 

Raja Sangnaualuh Damanik adalah raja ke-14 dari Kerajaan Siantar. Ia lahir tahun 1871 di Rumah Bolon (Istana) dan tutup usia 43 tahun. Nama Sangnaualuh tak hanya dikenal di kalangan masyarakat Pematang Siantar dan Simalungun, namun kiprah bangsawan satu ini juga dikenal sampai Bengkalis, Riau, di mana ia mengakhiri hayatnya pada 9 Februari 1913.

Pada masa kepemimpinannya, Sangnaualuh, mulai mendapat tekanan dari Bangsa Belanda yang masuk ke Hindia Belanda (Indonesia). Ia gigih menentang dan menolak kebijakan Belanda yang merugikan rakyat. Ia menolak menyepakati perjanjian Korte Verklaring.

Raja Sangnaualuh beragama islam. Ia mengenal Islam pada tahun 1901 dari keluarganya yang lebih dulu mualaf yang sebelumnya menganut kepercayaan Habonaron. Kepercayaan lokal masyarakat Simalungun.

Baca juga:Libur Sekolah Tiba, Baca 5 Tips Berwisata Bersama Anak

2. Museum Simalungun
Museum Simalungun dibuka pada tahun 1940 dan terletak di Jl. Jendral Sudirman. Berbagai benda penginggalan budaya dan tradisi etnis Batak Simalungun terdapat dialamnya. Di halaman museum bisa dilihat beberapa patung panghulubalang. Patung itu dulunya difungsikan oleh etnis Batak sebagai penjaga magis huta mereka.
Bangunan utama Museum ini berbentuk rumah tradisional Simalungun yang kaya ragam hias.

(f:gideon/mistar)

Berbagai koleksi yang ada di Museum Simalungun yang terletak di Pusat kota Pematangsiantar antara lain peralatan rumah tangga seperti parborasan (tempat menyimpan beras), pinggan pasu (piring nasi untuk Raja), Tatabu (Tempat menyimpan air), Abal-abal (tempat menyimpan garam).

Peralatan Pertanian seperti wewean (alat memintai tali), Hudali (Cangkul), Tajak (Alat membajak tanah), Agadi (Alat menyadap nira). Peralatan perikanan seperti bubu (penangkap ikan dari bambu), taduhan (tempat menyimpan ikan), hirang-lurang (jaring penampung ikan), hail (kail)

Alat-alat Kesenian seperti Ogung, Sarunai, Mong-mong, Sordam, Hesek, Arbab, Gondrang, Husapi, dsb. Alat-alat perhiasaan, suhul gading (keris), raut (pisau), gotong (kopiah laki-laki), bajut (tas wanita), bulang (tudung wanita), suri-suri (selendang wanita), gondit (ikat pinggang pria), dorami (perhiasan kepala pria)

3. Gedung Juang 45

(f:ist/mistar)

Bangunan peninggalan kolonial Belanda ini dulunya adalah suatu pusat pertahanan Tentara Nasional Indonesia (TNI) di tahun 1945 – 1949. Sekarang bangunan ini digunakan sebagai tempat aktivitas para pejuang veteran dan sebagian ruangannya digunakan sebagai restoran dan tempat hiburan.

Pada 1950, sesudah ada Pemerintahan Kabupaten Simalungun, gedung ini dibeli oleh Pemkab kepada pengusaha swasta dari Belanda tadi. Dan pada 1968, diserahkan oleh Bupati Simalungun saat itu kepada para pejuang 1945 untuk dijadikan kantornya. Dan mulai saat itulah nama gedung ini menjadi gedung juang 45 atau gedung nasional hingga sekarang.

Baca juga:Liburan Panjang Anak Sekolah, ini 8 Lokasi Wisata yang Bisa Dikunjungi di Siantar

4. Tugu Kemerdekaan

Tugu Kemerdekaan berada di dekat gedung perpustakaan dan taman kemerdekaan di Jalan Merdeka. Bendera Merah Putih dikibarkan pertama kali tepat pada 27 September 1945 di tempat tersebut yang kemudian dijadikan Tugu Kemerdekaan. Itulah pertama sekali tonggak bersejarah kemerdekaan di Kota Pematang Siantar.

Pada saat itu, berita kemerdekaan Indonesia sampai juga ke Pematang Siantar. Untuk membuktikan kepada tentara Jepang yang merasa masih jadi penguasa, para pemuda rakyat mengambil isiniatif yang sangat berani. Mereka spontan mengibarkan bendera Merah Putih untuk pertama kalinya, tak jauh dari pusat pemerintahan di Balai Kota Jalan Merdeka sekarang.

Peristiwa heroik yang digagas Abdul Aziz Siregar dan rekan-rekannya sesama pemuda digelar di Lapangan Pagoda (Lapangan Merdeka) pada 27 September 1945. Sebagai pertanda, sekaligus mengenang peristiwa amat bersejarah itu, pada tahun 1996 dibangunlah sebuah monumen kecil berbentuk prasasti di salah satu sudut Lapangan Merdeka, Kelurahan Proklamasi, Kecamatan Siantar Barat.

5. Siantar Hotel

<yoastmark class=

f:ist/mistar

Hotel ini tidak saja sebagai hotel terbesar dan tertua di Kota Pematang Siantar tetapi  memiliki sejarah. Siantar hotel terletak di Jalan WR Supratman Nomor 3 Kota Pematang Siantar.

Siantar Hotel dibangun pada masa kolonial Belanda di tahun 1913 dan diresmikan tanggal 1 Februari 1915. Hotel ini didirikan oleh tiga orang berkebangsaan Swiss, yakni DR.Erns Surbeck (seorang dokter hewan), Hedwie Euse Surbeck dan Lydia Rosa Otto Surbeck.

Menurut catatan sejarah, lokasi ini pernah dijadikan oleh Jepang sebagai markas setelah Belanda menyerah pada tahun 1942.

Pascakemerdekaan, para pemuda kemudian menyerang NICA/Belanda yang  bermarkas di Siantar Hotel.

Peristiwa Siantar Hotel Berdarah diabadikan dan sebuah tugu persis di depan Siantar Hotel. Bangunan monumen berbentuk empat persegi terbuat dari batu andesit. Pada bagian tengah monumen ada sebuah inkripsi yang bertuliskan sejarah berdarah tersebut.

“tanggal 15 Oktober 1945 penjerbuan dan penghantjuran kub N.I.C.A di Siantar Hotel oleh masa Rakjat Kota P.Siantar dan Kabupaten Simalungun sekitarnya, gugur Muda Radjagukguk, Ismail Situmorang korban fihak musuh 17 orang”

Bangunan monumen ini merupakan sumbangan dark pengusaha asal Siantar sendiri bernama Sintong Bingei, pemilik pabrik PT STTC yang terkenal di Kota Pematang Siantar. (MTR/hm06)

Related Articles

Latest Articles