20.5 C
New York
Wednesday, May 15, 2024

Siantar Terdepak dari 10 Besar Kota Tertoleran, Ini Indikator dan Alat Ukur IKT 2022

Pematang Siantar, MISTAR.ID

Kota Pematang Siantar yang selalu masuk bertengger dalam 10 besar kota tertoleran di Indonesia, selama 3 tahun berturut yakni pada tahun 2020, 2021 dan 2022, terdepak dari posisi yang membanggakan tersebut.

Sesuai siaran pers Setara Institut tertanggal 6 April 2023 yang direkap mistar.id, pada Minggu (9/4/23), 10 Kota dengan skor tertinggi IKT 2022 adalah, Kota Singkawang di peringkat teratas, disusul Salatiga Bekasi, Surakarta, Kediri, Sukabumi, Semarang, Manado, Kupang dan Kota Magelang.

Masih sesuai siaran pers Setara Institut, dijelaskan bahwa laporan IKT 2022 merupakan hasil pengukuran yang dilakukan untuk mempromosikan praktik-praktik toleransi terbaik kota-kota di Indonesia. IKT 2022 merupakan laporan keenam Setara Institute sejak pertama kali diterbitkan pada tahun 2015.

Baca Juga:Forkopimda dan Tokoh Agama Serukan Pematang Siantar Kota Toleransi

IKT ditujukan untuk memberikan baseline dan status kinerja pemerintah kota dalam mengelola kerukunan, toleransi, wawasan kebangsaan dan inklusi sosial. Baseline ini akan menjadi pengetahuan bagi masyarakat, pemerintah dan berbagai pihak yang ingin mengetahui kondisi toleransi di 94 kota di Indonesia.

Sedangkan studi atau kajian ilmiah yang dilakukan Setara Institut itu ditujukan untuk mempromosikan pembangunan dan pembinaan ruang-ruang toleransi di kota yang dilakukan oleh pemerintah kota setempat dan/atau didukung serta berkolaborasi bersama elemen masyarakat secara umum.

Dalam pelaksanaannya, Setara Institut menetapkan 4 variabel dengan 8 indikator sebagai alat ukur. Variabel pertama adalah regulasi Pemerintah Kota, dengan dua indikator. Indikator pertama adalah rencana pembangunan dalam bentuk Rencacana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan produk hukum pendukung lainnya. Indikator kedua, ada tidaknya kebijakan diskriminatif.

Baca Juga:Lagi, Siantar Tak Masuk 10 Besar Kota Tertoleran! Ini Saran dari Setara Institut

Variabel kedua, adalah Regulasi Sosial yang juga dengan dua indikator. Indikator pertama, peristiwa intoleransi. Indikator kedua, dinamika masyarakat sipil terkait isu toleransi. Variabel ketiga, Tindakan Pemerintah, juga dengan dua indikator. Indikator pertama, pernyataan pejabat kunci tentang isu toleransi. Indikator kedua, tindakan nyata terkait isu toleransi.

Variabel keempat, Demografi Sosio-Keagamaan, juga memiliki dua indikator. Indikator pertama, heterogenitas keagamaan penduduk. Indikator kedua, inklusi sosial keagamaan.

Berita mistar.id sebelumnya, Kota Pematang Siantar yang terdepak dari 10 besar (Top Ten) mendapat saran dan masukan dari Direktur Eksekutif Setara Institut, Halili Hasan. “Pematang siantar mesti membangun ekosistem toleransi untuk bisa masuk lagi ke dalam Top Ten (10 besar,red). Ekosistem toleransi itu mesti dibangun dari kepemimpin politik (Wali dan Wawali) didukung oleh kepemimpinan biokrasi,” tuturnya, pada Jumat (7/4/23).

Baca Juga:Pawai Cap Go Meh, Pemko dan Walubi Buktikan Siantar Sebagai Kota Toleransi

Bukan hanya kepemimpinan politik dan birokrasi, dinamika masyarakat juga harus ditingkatkan. “Selain itu, dinamika masyarakat sipil juga mesti ditingkatkan untuk membangun ekosistem yang baik bagi praktik dan promosi toleransi itu,” sambungnya mengakhiri.(ferry/hm15)

Related Articles

Latest Articles