12.6 C
New York
Saturday, April 27, 2024

Disdik Siantar Larang Pelajar Bawa Latto-latto ke Sekolah?

Pematang Siantar, MISTAR.ID

Permainan anak-anak lato-lato kini mencuat dan tengah naik daun saat ini. Hampir di mana-mana terdengar suara khas latto-latto ‘tek-tek-tek’ di Kota Pematang Siantar. Permainan ini bahkan digemari oleh berbagai kalangan, baik anak-anak, remaja, hingga dewasa.

Tapi sayang, permainan yang terbuat dari bahan plastik polimer ini mengundang polemik negatif di tengah masyarakat. Pasalnya, permainan ini telah menimbulkan korban. Dimana seorang anak dari Kalimantan Barat, dilaporkan harus operasi mata akibat latto-latto yang dimainkannya pecah, dan pecahannya masuk mata.

Meski sifatnya hanya mainan, namun pendulumnya yang keras kadang mengundang bahaya. Serta menimbulkan kekhawatiran sejumlah masyarakat terhadap anaknya yang berada dekat dengan orang yang memainkan latto-latto di sekolah.

Baca juga:Latto-latto Bawa Musibah, Mata Bocah di Kalbar Terkena Pecahan

Beberapa daerah pun mengambil tindakan dengan membuat surat edaran ataupun imbauan larangan agar tidak membawa alat permainan latto-latto ke dalam lingkungan sekolah. Tak terkecuali di Kota Pematang Siantar.

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Pematang Siantar Pelaksana tugas (Plt) Rudol Barmen Manurung, MP.d mengatakan pihaknya untuk saat ini akan memberikan imbauan kepada seluruh peserta didik untuk tidak membawa latto-latto tersebut ke sekolah.

“Kalau sudah begini kejadiannya, dan beberapa daerah juga mengalami hal yang tidak baik terkait dari mainan latto-latto tersebut, maka kami akan mengambil tindakan preventif, dengan memberikan imbauan pada seluruh sekolah, baik tingkat TK hingga SMP, supaya tidak membawa alat permainan latto-latto ke dalam lingkungan sekolah,”katanya saat dijumpai di ruang kerjanya, pada Selasa (10/1/23).

Selain itu, tambah dia, Barmen juga berharap imbauan tersebut juga berlaku kepada seluruh siswa-siswinya untuk tidak lagi menggunakan alat lato-lato di rumahnya masing-masing.

Menurut Barmen, tindakan yang terkait dampak negatif dari alat permainan tersebut melalui pendekatan aja terlebih dahulu. Seperti sebuah imbauan dan pengontrolan saja dahulu.

Namun, apabila anak-anak tersebut tidak mau mengindahkan imbauan dari para guru-gurunya yang disekolah, sambung dia, maka solusi terakhir adalah menarik ataupun mengambil latto-latto tersebut dari peserta didiknya.

“Kemudian, pihak sekolah akan memanggil orang tua dari pada anak yang bersangkutan. Lalu kita jelaskan dan diberikan pemahaman akan akibat negatif yang ditimbulkan oleh alat permainan tersebut,” ujarnya.

Baca juga:Menelisik Biang Kerok Merebaknya Kasus Rasisme Anti-Asia di AS

Barmen menjelaskan, alasannya mengapa tidak langsung dikeluarkan surat edaran saja tentang pelarangan penggunaan mainan latto-latto dilingkungan sekolah. Dikatakannya, untuk saat ini pihaknya hanya memberikan imbauan saja. Sebab, jika dilakukan sebuah surat edaran hal tersebut harus melalui beberapa tahap seperti surat resmi dari kemendikbud, kemudian diteruskan pada pemerintah daerah, lalu diberikan kepada instansi yang bersangkutan.

“Kami tidak boleh serta merta begitu saja membuat surat edaran. Harus ada dasarnya untuk membuat surat. Tetapi jika sudah terjadi kejadian tiba-tiba ataupun emergency seperti kejadian yang fatal pada anak-anak disekolah karena lato-lato, ataupun yang dapat menyebabkan terjadinya hal negatif seperti yang ada di media sosial saat ini. Maka, pemerintah daerah berhak mengeluarkan surat edaran secara langsung,”pungkasnya. (yetty/hm06)

 

 

Related Articles

Latest Articles