13.6 C
New York
Saturday, April 27, 2024

Nama Varian Virus Corona Diganti Alfabet Yunani, Ini Alasannya

MISTAR.ID

Varian baru virus corona terus bermunculan, sejak kali pertama mutasi SARS-CoV-2 teridentifikasi di Inggris. Hingga akhirnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan nama baru varian virus corona.

Nama baru yang disematkan WHO untuk melabeli varian-varian virus corona itu diambil dari alfabet Yunani. Lantas, kenapa nama varian virus corona diganti?

Nama varian baru virus corona resmi diganti dan diumumkan WHO pada Senin (31/5/2021) lalu. Sebelumnya, nama virus corona baru disematkan berdasarkan di mana varian virus tersebut pertama kali terdeteksi.

Baca juga: WHO Tegaskan Varian Covid-19 India Terdeteksi di 53 Wilayah

Hindari stigmatisasi negara Penggunaan nama baru untuk melabeli varian virus corona SARS-CoV-2, bukan tanpa alasan. Menurut Maria Van Kerkhove, kepala teknis WHO untuk tanggap Covid-19, nama baru untuk varian virus corona ini diberikan untuk menghindari stigma terhadap negara di mana varian itu dideteksi.

“Tidak ada negara yang harus distigmatisasi untuk deteksi dan laporan varian,” tulis Van Kerkhove dalam unggahannya di Twitter, dilansir dari CNN. Penggunaan alfabet Yunani sebagai nama baru varian baru virus corona, merujuk pada penggunaan alfabet Alpha atau Alfa, Beta, Delta, Gamma dan lain sebagainya.

Varian Alpha misalnya, merujuk pada nama virus corona yang terdeteksi pertama kali di Kent, Inggris. Varian virus SARS-CoV-2 tersebut sebelumnya dikenal sebagai varian Inggris atau varian B.1.1.7.

Sedangkan, varian Beta menggantikan nama varian virus dari Afrika Selatan, B.1.351 dan varian Delta adalah varian virus corona untuk mutasi yang terdeteksi di India yang awalnya dilabeli sebagai B.1.617.2. Panel pakar WHO telah sepakat merekomendasikan penggunaan alfabet Yunani untuk menamai varian-varian baru virus SARS-CoV-2 yang terus bermunculan di sejumlah negara di dunia.

WHO menyebut bahwa penggunaan nama baru berdasarkan alfabet Yunani ini akan lebih memudahkan dan lebih praktis untuk dibahas oleh audiens non-ilmiah. Kendati demikian, WHO mencatat dalam laporan yang diumumkan Senin lalu, bahwa label atau nama baru virus corona ini tidak akan menggantikan nama ilmiah yang ada untuk varian virus corona.

“Nama ilmiah akan terus digunakan dalam penelitian,” kata Van Kerkhove.

Baca juga: Varian Baru Bermunculan, CDC Blak-blakan Ungkap Soal Vaksin Covid-19

Mengurangi potensi kesalahan penyebutan Nama ilmiah dari varian virus corona, menurut WHO, bisa sulit diucapkan dan diingat, bahkan rentan terhadap kesalahan pelaporan atau penyebutan.

Akibatnya, orang akan sering menggunakan penyebutan varian virus corona tersebut berdasarkan tempat di mana varian itu terdeteksi. Hal inilah yang akan berpotensi menimbulkan stigmatisasi dan deskriminasi terhadap suatu negara, di mana varian baru virus corona itu ditemukan.

“Untuk menghindari hal ini dan untuk menyederhanakan komunukasi publik, WHO mendorong otoritas nasional, media dan lainnya untuk mengadopsi label baru ini,” kata WHO dalam pernyataan di laman resminya. (kompas/hm06)

Related Articles

Latest Articles