7.6 C
New York
Friday, April 26, 2024

Tragedi Kanjuruhan Bisa Berdampak ke Persepakbolaan Indonesia, Arema Harus Dihukum Keras

Medan, MISTAR.ID

Tragedi berdarah yang menewaskan 127 orang saat menonton pertandingan Arema FC dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/22) malam, menambah catatan buruk bagi persepakbolaan Indonesia.

Pemerhati sepak bola Sumatera Utara (Sumut) Indra Efendi Rangkuti menilai, ini bisa berdampak bagi klub-klub sepak bola tanah air, dengan tidak dibolehkannya berkompetisi di AFC (Piala Champion Asia dan AFC Cup).

“Kalau dampak untuk Timnas Indonesia sendiri kemungkinan tidak. Karena pelanggaran ini terjadi saat Liga berlangsung. Sejak dulu pelanggaran yang dilakukan klub, memang sanksinya untuk klub. Tapi kita lihat juga saat ini regulasi dari FIFA seperti apa ya,” ujar Indra, Minggu (2/10/22) siang.

Baca Juga:Mengerikan! Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, 127 Orang Tewas

Indra mengatakan, jika berkaca dari 2 tragedi besar sebelumnya (Hillsborough 1989 ada 96 orang tewas) dan Tragedi Heysell tahun 1985 ada 39 tewas. Kala itu tragedi Heysell mengakibatkan seluruh klub Inggris dilarang ikut di kompetisi UEFA hingga 1991.

“Tapi Timnas Inggris tetap bisa berlaga di Piala Dunia 1986, Piala Eropa 1988 dan Piala Dunia 1990,” katanya.

Berbeda dengan Meksiko yang timnasnya kena hukum akibat mencuri umur di Piala Dunia U-20, kata Indra, seluruh turnamen FIFA Meksiko tidak bisa mengikutinya hingga tahun 1993.

“Piala Dunia 1994 baru Mexico ikut,” ungkapnya.

Indra menjelaskan, dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang, beberapa pemberitaan di media menyebut polisi menggunakan gas air mata saat menghadapi kericuhan. Padahal, regulasi FIFA telah melarang itu untuk digunakan.

Untuk itu, Indra mengingatkan PSSI untuk mengusut tuntas kasus ini, terlebih sebentar lagi Indonesia akan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.

Baca Juga:Laga Paris FC vs Lyon Dihentikan Setelah Kerusuhan Penonton

“Pengurus PSSI harus berkomunikasi dengan FIFA untuk standar keamanan pertandingan. Jangan sampai di sanksi tidak boleh menjadi tuan rumah akibat kejadian ini,” katanya.

Menurut Indra, sanksi tegas juga harus diambil. Jika memang Arema harus dihukum, beri hukuman yang keras. Sebab, peristiwa yang menewaskan 127 orang ini terjadi di kandang tuan rumah yakni Stadion Kanjuruhan, Malang.

“Duka cita mendalam bagi dunia sepak bola Indonesia. Edukasi kepada suporter yang dilakukan PSSI saat ini tidak berjalan,” katanya.

Berkaca dari pengalaman, Indra ingin PSSI belajar dari Inggris. Tragedi tahun 1985 antara Juventus melawan Liverpool, saat itu digelar di Stadion Belgia. Pendukung Inggris yang tidak terima Liverpool kalah tidak terima, sebanyak 39 suporter Juventus tewas.

Lalu semi final Piala FA Tahun 1989 tragedi berdarah terjadi saat Nottingham Forest dan Liverpool yang menewaskan 96 orang. “Indonesia harus belajar dari Inggris bagaimana mengedukasi suporter,” pesannya.

Indra juga meminta suporter Indonesia melihat Final Perserikatan tahun 1985, saat 150.000 penonton memadati Senayan. Saat itu tidak ada kerusuhan, seluruh penonton pulang ke rumah dalam keadaan aman.

Baca Juga:Turnamen Sepakbola Piala Gubsu Antar Pelajar Tingkat SMA/SMK 2022 Cabdis Siantar Dibuka

Indra ingin seluruh suporter Indonesia harus bijak. Sebab, dalam pertandingan ada menang ada kalah, selesaikanlah itu di lapangan. Jangan sampai berbuat anarkis yang mengakibatkan akibatnya ada korban jiwa.

“Satu jiwa yang tewas tidak sebanding dengan kemenangan 1.000 gol pun dalam pertandingan,” tegasnya.

Ke depan, Indra meminta PSSI melakukan standar keamanan setiap akan menggelar pertandingan. Indra juga ragu, apakah selama ini PSSI memiliki regulasi yang jelas untuk membatasi penonton yang akan hadir, berdasarkan kapasitas kursi yang disediakan.

“Yang saya tau, selama ini pemeriksaan terhadap penonton itu hanya sekadarnya saja. Beberapa kali sering penonton membawa flair ke dalam lapangan,” pungkasnya.

Diketahui, laga Arema FC kontra Persebaya Surabaya yang berlangsung di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang pada Sabtu (1/10/22) malam berakhir dengan kerusuhan yang menyebabkan 127 orang tewas. Kerusuhan terjadi dikarenakan Aremania kecewa timnya kalah 2-3 dengan Persebaya dan terlibat gesekan dengan pihak keamanan. (ial/hm12)

Related Articles

Latest Articles