17.5 C
New York
Monday, April 29, 2024

Dikira Akan Menangkap Pencuri Kayu Di TNGL, Empat Jam Rombongan Walhi Terkurung

Besitang | MISTAR.ID – Rombongan Kedatukan Besitang, Pusaka Indonesia bersama Walhi yang sempat dicegat oleh orang tak dikenal di Desa Sei Bamban Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat, akhirnya bisa keluar, Sabtu (25/1/20) tengah malam. Rombongan ini bisa keluar setelah dimediasi aparat kepolisian.

Menurut juru bicara Kedatukan Besitang, M Hidayat, kedatangan mereka ke lokasi untuk berdiskusi dalam upaya penyelesaian masalah warga di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Diketahui saat ini sedang berkonflik antara masyarakat kelompok tani hutan kemitraan konservasi yang sudah dapat izin dari TNGL dan masyarakat kelompok yang bernaung di bawah Kedatukan Besitang yang tidak mau menerima skema yang ditawarkan TNGL.

Kedatukan Besitang mengklaim wilayah TNGL di lokasi itu adalah wilayah mereka dan petani penggarap telah meminta perlindungan kepada Datuk Besitang.

Para penggarap yang sudah lama ada di situ, setidaknya sejak 2011 yang lalu, berupaya mendapatkan pengakuan dari TNGL. Lalu kelompok-kelompok di bawah Kedatukan Besitang ini terbelah karena ada yang menerima kemitraan konservasi dengan pemerintah dan ada yang tetap memperjuangkan haknya sebagai wilayah Kedatukan.

Menurut Hidayat, Walhi punya kerjasama dengan TNGL untuk mendorong kemitraan konservasi. Walhi juga punya agenda mendorong perhutanan sosial sebagai sarana mengatasi ketimpangan pengelolaan sumber daya alam dan rehabilitasi kawasan hutan. “Kedatangan kami untuk mencoba mendorong proses tersebut,”kata Hidayat.

Karenanya rombongan ini datang bertemu dengan masyarakat penggarap.

Kericuhan berawal saat seorang dari rombongan kemudian memfoto kondisi areal perkampungan. Tiba-tiba, seorang lelaki memarahi jangan mengambil foto dan menyuruh pergi.

“Setengah jam kemudian, 3 sepeda motor melintas kencang sambil menggas-gas dengan suara yang kencang di depan pondok tempat kami diskusi,” kata dia.

Tak lama datang seseorang dari mereka dan mengatakan bahwa titi atau jembatan kayu dirusak. “Sekitar 13.15 WIB, seorang staf TNGL wilayah Besitang hadir ke tengah diskusi. Ia menanyakan apa sedang melakukan kegiatan apa. Sempat cekcok namun staf itu kemudian paham,”ujar Hidayat lagi.

Rombongan pun minta untuk memastikan jembatan yang dirusak bisa digunakan untuk pulang. “Ternyata mereka menganggap kami ingin menangkap orang yang merambah kayu. Mereka sengaja memotong jembatan agar mencegah akan membawa orang yang akan kami tangkap,”tandas Hidayat.

Saat pulang melewati jembatan, ternyata masih banyak kerumunan massa. Rombongan ini menghubungi staf TNGL yang mengaku tak bisa lagi mengendalikan massa. Ada sekitar 80an massa dengan senjata tajam. Menjelang malam, kepolisian tiba, rombongan pun dapat keluar dari kepungan massa.

Menurut Kasat Reskrim Langkat, AKP Teuku Fathir situasi sudah kondusif. ‘Tadi saya cek ke Polsek, situasi kondusif, cuma salah paham saja, Kapolsek sudah mediasikan. Alhamdulillah musyawarah tadi berjalan baik,” kata Kasat melalui pesan singkat.

Sumber: Relis
Editor: Edrin

Related Articles

Latest Articles