22.7 C
New York
Sunday, September 1, 2024

Pergantian Paslon Kepala Daerah di Last Minute, Pengamat: Basisnya bukan Ideologis tapi Pragmatis

Medan, MISTAR.ID

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 baru pertama kali dilakukan di Indonesia. Imbasnya, banyak manuver dari partai politik (parpol) yang terjadi di menit-menit terakhir pendaftaran. Di beberapa daerah, banyak perubahan pasangan calon (paslon) yang tak terduga pada saat hari terakhir pendaftaran paslon kepala daerah.

Tersingkirnya Aulia Rachman di Pilkada Medan, Anies Baswedan di Pilkada Jakarta, Ono Surono di Jawa Barat, dan beberapa nama lainnya menjadi bukti bahwa dinamika politik di Indonesia sangat dinamis.

Pengamat politik, Emrus Sihombing berpendapat bahwa perpolitikan di Indonesia sangat cair dan bisa berubah pada last minute. Tak hanya tingkat daerah, untuk calon presiden pun sangat cair sekali.

Baca juga:Pilkada 2024 Rentan Bertabur Uang, Shohibul: Masyarakat Harus Cerdas Memilih

“Karena memang dalam konteks pemasangan calon kepala daerah basisnya bukan ideologis tapi pragmatis, yaitu apa yang dilakukan dan apa yang akan didapat,” ujarnya, Sabtu (31/8/24).

Menurutnya, itu lah yang dipakai oleh parpol-parpol di Indonesia. kalau memang berbasis ideologis, jangankan satu tahun sebelumnya, lima tahun sebelumnya juga sudah di-sounding siapa calon pemimpin yang akan diusung.

“Tetapi mereka para politisi cerdas sekali, tidak melakukan hal itu dengan memakai istilah, ‘masih jauh Belanda, Bung!'” sebutnya.

Baca juga:Gagal Ikuti Pilkada 2024, Anies Ajak Jaga Semangat dan Demokrasi

Padahal, bagi Emrus, sebenarnya lebih cepat diberi tahu lebih baik, karena rakyat Indonesia bisa melakukan penilaian terhadap para kandidat.

“Pun para kandidat ada waktu untuk menyampaikan gagasan, ide, dan pemikirannya tentang Indonesia atau daerah yang akan dipimpinnya,” lanjutnya.

Kemudian Emrus menjelaskan, bahwa rata-rata mereka tidak beradu ide gagasan tentang langkah-langkah untuk memajukan daerah yang akan dipimpinnya.

“Hanya beradu bagaimana untuk dapat duduk di posisi jabatan publik. ketika sudah duduk, yang ada hanya persoalan ‘kue’. Berbagi kepada siapa-siapa yang mendukungnya,” pungkasnya. (maulana/hm17)

Related Articles

Latest Articles