Tuesday, April 8, 2025
home_banner_first
NASIONAL

Kabar Abu Janda Diangkat Komisaris JMTO Tuai Kontroversi

journalist-avatar-top
Selasa, 8 April 2025 08.40
kabar_abu_janda_diangkat_komisaris_jmto_tuai_kontroversi

Unggahan di media sosial terkait kabar pengangkatan Abu Janda jadi Komisaris JMTO (f:ist/mistar)

news_banner

Jakarta, MISTAR.ID

Nama Permadi Arya alias Abu Janda menjadi rame diperbincangkan publik setelah dikabarkan dirinya diangkat menjadi Komisaris PT Jasamarga Tollroad Operator (JMTO), anak usaha PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

Kontroversi muncul karena Abu Janda selama ini kerap membuat pernyataan yang berseberangan dalam berbagai topik di tengah bangsa Indonesia, khususnya mengenai agama.

Publik pun tak melupakan rekam jejak Permadi Arya yang dikenal luas sebagai influencer pro-pemerintah dengan gaya komunikasi yang kerap menuai kritik. Salah satu kontroversinya yang paling menghebohkan terjadi pada awal 2021, ketika ia mencuit soal Islam yang disebutnya sebagai "agama arogan".

Dalam cuitannya tanggal 25 Januari 2021 di akun @permadiaktivis1, ia menyatakan:

"Islam memang agama pendatang dari Arab, agama asli Indonesia itu sunda wiwitan, kaharingan dll. dan memang arogan, mengharamkan tradisi asli, ritual orang dibubarkan, pake kebaya murtad, wayang kulit diharamkan. kalo tidak mau disebut arogan, jangan injak2 kearifan lokal."

Pernyataan tersebut menuai kecaman luas, termasuk dari Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) yang melaporkannya ke polisi, serta tokoh-tokoh ormas Islam seperti Anwar Abbas dari Muhammadiyah. Anwar menyebut pernyataan Permadi tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, bahkan menyesatkan.

"Kalau orang yang tidak tahu, ngomong, salah jadinya," kata Anwar.

Ia menjelaskan bahwa ibadah dalam Islam memiliki dasar kuat dari Al-Qur'an dan hadis. Menurutnya, mencampuradukkan ajaran agama dengan tradisi lokal tanpa memahami esensinya adalah bentuk provokasi.

Berdasarkan latar belakang itu, penunjukan figur kontroversial Abu Janda ke posisi strategis seperti komisaris menuai kritik tajam.

Meskipun jabatan komisaris kerap diisi oleh tokoh politik, pengamat, atau profesional, publik menuntut agar pemilihan dilakukan secara profesional dan berbasis rekam jejak, bukan kedekatan politik atau popularitas semata.

Salah satu netizen dengan akun Jamani Badok menyebutkan bahwa penunjukkan Abu Janda jadi komisaris membuat hancur. "Makin hancuuuuuuuur republik ini," cuitnya.

Meski begitu, tak sedikit pula yang mendukungnya. Seperti pernyataan Hafiza Mafis "Langkah besar untuk Indonesia! Selamat atas jabatan barunya"

Kini, publik menunggu apakah kabar ini akan dikonfirmasi atau dibantah secara resmi. Satu hal yang jelas: jejak digital tak mudah dihapus dan publik tak lupa.(*/hm17)

REPORTER:

RELATED ARTICLES