26 C
New York
Thursday, May 9, 2024

Antisipatif El Nino, Presiden Minta BUMN Tambah Bantuan Sembako ke Masyarakat

Jakarta, MISTAR.ID

Sebagai langkah antisipatif El Nino, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan pemerintah daerah memperkuat dan menambah anggaran pemberian bantuan sembako kepada masyarakat.

El Niño adalah fenomena di mana suhu permukaan laut naik di atas normal di bagian tengah Samudera Pasifik. Hal itu dapat mengakibatkan berkurangnya curah hujan dan memicu kekeringan di Indonesia.

“Kalau bisa, anggaran mereka untuk bantuan sembako kepada masyarakat harus diperkuat dan diperbanyak. Kita menghadapi fenomena El Nino yang efeknya tidak bisa diprediksi. Karena terkait dengan iklim, maka harus diprioritaskan,” tegasnya, Senin (24/7/23).

Baca juga: El Nino Mulai Menguat, Kepala BMKG Minta Masyarakat Waspada

Menurutnya, anggaran bantuan sembako harus diprioritaskan karena El Nino berpotensi mengganggu ketahanan pangan.

Selain penguatan bantuan sembako, Presiden memerintahkan kepala daerah untuk menambah jumlah pasar yang terjangkau di daerah.Diharapkan penyediaan pasar terjangkau dan bantuan sembako diprioritaskan bagi daerah yang membutuhkan jika El Niño mengganggu kesehatan masyarakat.

Widodo mengatakan El Nino akan menyebabkan sejumlah daerah mengalami kekeringan berkepanjangan yang dapat menyebabkan gagal panen. Diperkirakan dampak El Nino akan mulai terasa pada Agustus 2023.

Baca juga: Jokowi Pastikan Pasokan Pangan Aman untuk Menghadapi El Nino

Sejumlah negara seperti Vietnam dan India sudah menghentikan ekspor beras, sehingga india harus menyiapkan stok beras sendiri untuk konsumsi nasional, ujarnya.

“Di negara lain, fenomena itu berdampak pada stok pangan. India dan Vietnam menghentikan ekspor berasnya. Kita tidak ingin terjadi hal-hal buruk di negara kita, tetapi kita harus mempersiapkan segala sesuatunya,” kata dia.

Sementara itu, berdasarkan prakiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena El Niño dan Positif Indian Ocean Dipole (IOD) akan saling menguatkan yang menyebabkan musim kemarau tahun ini menjadi lebih kering dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dengan curah hujan rendah hingga sangat rendah.

Baca juga: El Nino, Kementan Jamin Stok Cabai Besar Aman

Jika curah hujan biasanya sekitar 20 mm per hari, pada musim kemarau, curah hujan tersebut dapat tercatat sebulan sekali atau mungkin tidak ada hujan sama sekali.

Puncak musim kemarau diperkirakan terjadi pada Agustus hingga awal September, dengan kondisi diperkirakan akan jauh lebih kering dibandingkan tahun 2020, 2021, dan 2022 (antara/hm17)

Related Articles

Latest Articles