6.6 C
New York
Saturday, April 27, 2024

Tiga Gapura Batas Kota Medan Selesai Dibangun, Ini Maknanya

Medan, MISTAR.ID

Tiga gapura pintu masuk Kota Medan telah selesai dibangun. Tanpa menghilangkan nuansa etnis lokal, ketiganya juga dilengkapi taman rekreasi.

Ketiga gapura dimaksud adalah Gapura Batas Kota Medan Pinang Baris, di Jalan Gatot Subroto (Kampung Lalang), Gapura Batas Kota Medan Amplas (Jalan Sisingamangaraja) dan Gapura Batas Kota Medan Tuntungan (Jalan Jamin Ginting).

Selain dimaksudkan sebagai tanda batas Kota Medan dengan Kabupaten Deli Serdang, ketiga gapura itu juga menjadi lambang, etalase, sekaligus identitas ibukota Provinsi Sumatera Utara.

“Dengan revitalisasi ini, Pak Wali ingin menghadirkan etalase sekaligus identitas Kota Medan sejak dari pintu masuk,” kata Kadis Perumahan Kawasan Permukiman, Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Medan, Endar Sutan Lubis, Senin (31/7/23).

Baca Juga: Pembanguan Gapura Batas Kota Tak Sesuai Jadwal, Dewan Minta Dinas Perkim Kota Medan Selektif Pilih Rekan Kerja

Dijelaskan Endar, gapura batas Kota Medan Pinang Baris dengan bagian kepala bervisi ke masa depan (modern), sedangkan bagian kaki dan badan berlandaskan (berakar) budaya.

“Maknanya, sepasang menara yang membentuk mata panah sebagai lambang kemajuan dalam pembangunan Kota Medan,” katanya.

Sedangkan siluet Istana Maimun dan Masjid Raya melambangkan salah satu kejayaan Tanah Deli sekaligus ikon Kota Medan. Keris Melayu, sambung dia, melambangkan kekuatan dan persatuan. Warna emas melambangkan keberanian dan keberagaman, sedang motif Gorga melambangkan keberagaman dan kultur Batak.

Endar menyebut, untuk Gapura Batas Kota Medan Amplas memiliki makna yang hampir sama dengan Gapura Batas Kota Medan Pinang Baris.

Baca Juga: Gapura Batas Kota Medan Didesain Modern dengan Ciri Khas Melayu

“Hanya saja ada tambahan warna merah ulos melambangkan keberanian dan keberagaman kultur serta motif gorga melambangkan keberagaman kultur,” sebutnya.

Sedangkan Gapura Batas Kota Medan Tuntungan, lanjut Endar, memiliki penyajian sopo angin dan tumbuk lada yang mengedepankan identitas etnis Karo dan Melayu reduksi.

“Gapura ini dilengkapi dengan taman persimpangan yang terintegrasi dengan adanya perkerasan, penghijauan serta adanya elemen vertikal dan dilengkapi dengan bangunan sopo angin sebagai simbol adat Karo,” pungkasnya. (Rahmad/hm22)

Related Articles

Latest Articles