Saturday, May 24, 2025
home_banner_first
MEDAN

Tekan Kenakalan Remaja, DPRD Sumut Dukung Penerapan Sekolah Lima Hari

journalist-avatar-top
Sabtu, 24 Mei 2025 14.01
tekan_kenakalan_remaja_dprd_sumut_dukung_penerapan_sekolah_lima_hari

Anggota Komisi C DPRD Sumut, Ahmad Hadian. (f:ist/mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Anggota Komisi C DPRD Sumatera Utara (Sumut), Ahmad Hadian mendukung rencana Gubernur Sumut Bobby Nasution terkait penerapan sekolah lima hari dalam sepekan dalam menekan kenakalan remaja untuk tingkat SMA dan SMK.

“Walau masih sebagai wacana, ini sangat positif. Jika diterapkan, potensi kenakalan remaja berkurang, tapi harus dikaji secara komprehensif, baik dari aspek kurikulum, sosial, maupun infrastruktur pendidikan di Sumut,” ujarnya pada Mistar, Sabtu (24/5/2025).

Menurutnya, salah satu tantangan utama dalam penerapan sekolah lima hari merupakan penyesuaian kurikulum. Mengingat, guru yang telah tersertifikasi diwajibkan mengajar minimal 24 jam dalam sepekan.

“Dengan pengurangan satu hari belajar pada hari Sabtu, otomatis diperlukan pengaturan ulang jadwal pelajaran, agar tidak mengurangi substansi pembelajaran,” ucap Bendahara Fraksi PKS DPRD Sumut itu.

Dia menyampaikan saat ini, beberapa sekolah islam terpadu sudah terbiasa menerapkan sistem tersebut. Waktu belajar yang hilang diganti dengan sistem full day hingga sore hari.

“Nah pertanyaannya, apakah hal itu juga bisa diterapkan di sekolah negeri?. Ini yang menjadi kajian lebih dalam, kalau kita ingin menerapkan sistem tersebut,” katanya.

Dia juga memperhatikan dari sisi sosial jika kebijakan tersebut dilaksanakan. Meskipun tujuan utamanya memberikan ruang bersama keluarga di akhir pekan, dia mengingatkan tidak semua orang tua bisa hadir mendampingi anak pada hari Sabtu.

“Kalau orang tuanya ASN mungkin hari Sabtu libur, tapi bagi yang bekerja di sektor swasta atau informal kan tetap bekerja. Justru anak-anak bisa saja dibiarkan tanpa pengawasan,” katanya.

Politisi PKS itu menekankan pendidikan bukan hanya soal penyampaian materi, tapi juga pembentukan karakter. Oleh karena itu, perlu ada pembentukan nilai moral sejak dini yang dimulai dari keteladanan guru.

“Guru harus menjadi teladan, hal itu butuh pembinaan yang serius. Selain itu, orang tua juga perlu dilibatkan agar apa yang ditanamkan di sekolah bisa dilanjutkan di rumah. Jangan sampai ada kesenjangan persepsi antara sekolah dan keluarga,” ujarnya.

Sebagai contoh, dia menyebut sekolah islam terpadu yang terkadang memanfaatkan hari Sabtu untuk kegiatan pembinaan moral, namun dilakukan dalam suasana yang lebih santai tanpa seragam dan jadwal ketat.

“Melalui kegiatan Ekstrakurikuler, anak-anak juga dapat dibentuk karakter non akademiknya. Sebab, tujuan kita adalah melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas akademik,” ucapnya.

Ahmad berharap Pemprov Sumut dapat melakukan kajian secara komprehensif untuk memperbaiki sistem pendidikan yang lebih baik dan unggul secara menyeluruh di Sumut. (Ari/hm18)

REPORTER: