Tanggapi Keresahan Wanita di Kampus, Sapma PP UMSU Gelar Talk Show Kesetaraan Gender


Beberapa narasumber menyampaikan pandangan soal kesetaraan gender pada talk show Pemberdayaan Wanita di Aula Dispora Sumut (18/1/25) (f:ari/mistar)
Deli Serdang, MISTAR.ID
Satuan Siswa Pelajar dan Mahasiswa (SAPMA) Pemuda Pancasila (PP) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) menggelar acara talk show pemberdayaan wanita, melalui isu kesetaraan gender menurut hukum dan hak asasi manusia (HAM).
Kegiatan diselenggarakan di Aula Dinas Pemuda dan Olahraga Sumut, Jalan Willem Iskandar, Kelurahan Kenangan Baru, Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang, Sabtu (18/1/25).
Ketua panitia pada kegiatan tersebut, Ovrvalia (21), mengatakan landasan kegiatan adalah untuk menanggapi keresahan kaum wanita di ruang lingkup kampus.
“Kami menginisiasi kegiatan ini untuk memperjuangkan hak-hak kaum wanita. Karena perlu kita ketahui banyak terjadi fenomena pelecehan yang menimpa kaum wanita,” ungkap mahasiswi semester 5 FISIP UMSU itu.
Pada lokasi yang sama, Ketua Sapma PP UMSU, Alfano (21), mengatakan kegiatan ini merupakan salah satu program kerja pada organisasi yang ia pimpin.
“Ini bentuk wujud nyata kita mewadahi kawan-kawan dalam menyampaikan aspirasi dan mencari solusi dalam penanganan kasus kesetaraan gender untuk ditegakkan,” ujarnya.
Kegiatan ini dihadiri oleh ratusan mahasiswi dari beberapa Universitas di Kota Medan.
“Saya datang ke sini untuk menambah wawasan seputar kesetaraan gender,” ucap salah seorang peserta talk show, Mira (19).
Salah seorang narasumber pada kegiatan tersebut, Cynthia Hadita mengatakan kegiatan ini bentuk apresiasi dari kepekaan ruang lingkup kampus.
“Ini bentuk langkah efektif dalam menangani kasus pelecehan seksual yang kerap ditemukan di kampus,” ucap akademisi Fakultas Hukum UMSU itu.
Menurut Hadita, wanita termasuk kategori kelompok rentan, sesuai pasal 5 ayat 3 Undang-Undang No.39 Tahun 1999.
“Wanita ini dalam kategori rentan karena kerap dipandang sebelah mata. Padahal secara garis besar HAM, tingkat kesetaraan itu sama di mata khalayak. Saya rasa ini dulu landasan yang harus kita pahami bersama,” tuturnya.
Theresia (19), narasumber lainnya mengatakan, adalah kewajiban wanita untuk tidak pernah bungkam ketika menghadapi pelecehan.
“Kita sebagai kaum wanita harus menciptakan prinsip berani dalam menghadapi pelecehan, rasionalnya, jika kita sudah ditindas, setidaknya kita mampu menghadapi kondisi yang ada,” ucap Duta Genre Provinsi Sumut.
Menurutnya, wanita harus memahami secara mendalam beberapa bentuk pelecehan yang terjadi pada kehidupan sehari-hari, agar mampu menghadapi dan menangani fenomena tersebut.
Hal senada juga disampaikan narasumber lainnya, Cici, yang menegaskan bahwa kesetaraan gender harus diperjuangkan.
“Perempuan harus layak berada di posisi apapun, baik Internasional maupun nasional, baik dari segi politik, ekonomi, sosial dan lainnya,” ucap Ketua Himpunan Mahasiswa Islam Kota Medan tersebut.
Cici juga mengaku bangga ketika melihat ada pemimpin seorang wanita, karena itu adalah bentuk awal perjuangan kesetaraan gender itu ada.
"Sayangnya wanita kerap dicap sebagai orang yang bertanggung jawab pada urusan dapur. Paradigma ini yang harus kita ubah,” pungkasnya. (ari/hm17)
