17.5 C
New York
Monday, April 29, 2024

Sopir Bus AKAP Tujuan Luar Sumut Keluhkan Kelangkaan Solar di Perjalanan

Medan, MISTAR.ID

Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi jenis solar kembali dirasakan sopir bus tujuan luar Sumatera Utara (Sumut), sejak beberapa hari belakangan ini. Terlebih saat isu kemungkinan solar bersubsidi akan naik yang digaungkan pemerintah, mengingat naiknya nilai minyak dunia.

Mistar mendatangi loket bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) yang berkantor di Jalan Sisingamangaraja Medan, mendapat keluhan para sopir, soal susahnya mendapatkan solar di jalan.

M Ali Daud Harahap (48) misalnya. Sopir bus PT Raja Perdana Inti (RAPI) rute Medan tujuan Tugu Mulyo – Kayu Agung (perbatasan Lampung) mengaku harus lebih jeli mengontrol ketersedian bahan bakar bus yang dia bawa.

Baca juga:Empat Jam Antri Demi Dapat Solar

“Paling parah (payah dapat solar) itu di daerah Jambi dan Palembang. Tiga SPBU yang kita datangi, satu yang tersedia,” ujarnya, Kamis (1/9/22).

Alhasil, kata Daud, dampak yang paling dirasakan adalah jadwal tiba ke daerah tujuan lebih lama dari biasanya. Hal itu dikarenakan bus yang dikemudikannya harus mengantre di SPBU yang menyediakan solar.

“Kalau gak diisi, gak jalan. Sementara yang kita bawa penumpang,” katanya.

Daud memperhitungkan, dalam rute atau trip Medan – Kayu Agung, bus yang dikemudikannya membutuhkan 1.000 liter solar (Rp 5 juta lebih dengan patokan Rp 5.150 solar per liternya).

“Ya kalau mau naik, jangan digantung-gantung. Akhirnya solar tidak beredar di pasaran, kita sebagai pelaku moda transportasi jadi kesulitan,” katanya.

Terkadang, sebut Daud, mereka harus membeli satu jerigen solar yang dijual masyarakat di pinggir jalan, sejak kelangkaan ini terjadi. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi bus mogok di jalan, karena tangki kosong dan belum menemui SPBU yang tersedia solar.

“Kadang kita harus beli satu jerigen solar seharga Rp 280 ribu yang dijual masyarakat, untuk jaga-jaga kehabisan bahan bakar, sementara SPBU masih jauh,” sebutnya.

Daud berharap pemerintah memikirkan nasib mereka sebagai pelaku moda transportasi. Paling tidak, pria yang sudah berprofesi sebagai sopir saat berusia 25 tahun itu ingin ketersediaan solar di SPBU dapat stabil.

Baca juga:Antrian Truk Isi BBM Solar, Jalan Medan Pematang Siantar Macet Ratusan Meter

“Kalau begini terus, kami akan kesulitan,” katanya.

Hal serupa diungkapkan M Tholib, sopir bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) CV Batang Pane Baru. Meski tak selalu kosong, dia harus mengantre di SPBU jalan lintas Sumatera yang menyediakan BBM bersubsidi jenis solar.

“Memang sepanjang jalan menuju Gunung Tua Paluta, masih banyak SPBU yang menyediakan solar, tapi kita harus mengantre,” keluhnya. (ial/hm06)

 

 

Related Articles

Latest Articles