23.2 C
New York
Monday, July 1, 2024

Penjahit Atta Riaman, Berawal dari Passion Menjadi Sumber Pendapatan

Medan, MISTAR.ID

Belakangan ini jahitan busana semakin banyak diminati terutama kalangan wanita. Kebutuhan busana yang tinggi untuk acara seperti pesta, wisuda dan lainnya menjadi salah satu peluang kerja yang dilirik segelintir orang.

Atta Riaman Zega (25), seorang sarjana pendidikan fisika memilih banting setir menjadi penjahit di Jalan Ubi, Petisah Hulu, Medan. Atta menceritakan bahwa sejak SMP dirinya sudah bekerja saat masih di kampung halamannya, Nias. Ketika memasuki SMK, ia memilih jurusan pariwisata dan akhirnya pindah jurusan ke busana karena merasa gairah dan hasratnya adalah menjahit.

“Kenapa pindah ke jurusan busana karena yang pertama jiwanya di situ. Yang kedua karena pada tahun 2011 keluarga lagi masa krisis ekonomi. Mama lagi terlilit utang yang bukan utangnya. Pergumulannya di situ,” ujarnya, Senin (1/7/24).

Atta mengatakan, kalau di jurusan pariwisata minimal sekali enam bulan harus jalan-jalan atau tour ke tempat-tempat wisata. “Biayanya itu dari mana? Sementara keluarga lagi krisis. Jadi pindahlah ke jurusan busana,” sambungnya.

Baca Juga : Nek Mardawiah, 50 Tahun Jadi Penjahit Bendera Merah Putih

Setengah tahun belajar di SMK, Atta mengaku sudah mahir dalam menjahit. Kemudian guru-gurunya mulai menjahit pakaian kepada Atta. Ia sempat mendapat intimidasi dari kepala jurusan dan wali kelasnya.

“Karena selama ini guru-guru kan ngasih jahitan ke mereka. Setelah aku ada proyek mereka berkurang. Jadi apa-apa kesalahan aku sedikit saja, tugas aku jadi dilipatgandakan. Telat lima menit sudah dilipatgandakan,” kenangnya sedih mengingat kejadian itu.

Pesanan jahitan Atta paling ramai saat musim wisuda, Lebaran, Natal dan Tahun Baru. “Seperti kemarin, aku dapat seragam wisuda di hari Sabtu. Aku ramai di musim wisuda, Lebaran sama Natal dan Tahun Baru,” katanya.

Untuk saat ini, sambung Atta, karena masih bekerja sendiri, dia hanya menerima jahitan sesuai kemampuannya. “Misal satu hari satu baju kita siapkan tapi saat pelanggan yang sudah sering menjahitkan baju datang, padahal kita sudah list semua dan sudah full jadi kita seperti kasihan juga sih ya, akhirnya kita terima juga,” tuturnya.

Bahkan, ia mengaku saat akan wisuda dirinya masih menjahit pakaian dari pelanggannya dan hanya istirahat selama dua jam saja per hari. “Aku sampai nangis loh karena melihat orang lain mama dan anaknya pakai baju sama. Mama ku malah beli baju jadi. Selama empat hari sebelum wisuda aku istirahat itu cuma dua jam dalam waktu 24 jam karena banyaknya jahitan. Nangisnya bukan karena capek tapi karena itu tadi, aku mikir ‘Aku tukang jahit kok mama ku gak pake baju jahit. Gitu!,” imbuhnya.

Syahrial Siregar
Syahrial Siregar
Alumni STIK-P Medan. Menjadi jurnalis sejak 2008 dan sekarang redaktur untuk portal mistar.id

Related Articles

Latest Articles